01 November 2007

titik balik


Terpaksa saya tidak mengikuti rapat panitia anggaran (panggar) DPRD Kota Batam hari rabu kemarin, ada rasa penyesalan karena saya tidak mendapatkan paparan rancangan kebijakan pengelolaan anggaran Dinas UKM yang hari itu mendapatkan giliran presentasi, tapi paling tidak, ketidakhadiran saya dalam rapat panggar bukan berarti saya tidak menemukan pelajaran hari itu.

Saya tidak hadir dalam rapat panggar karena saya bersama 2 kawan lingkaran pengajian pekanan menjenguk anak kawannya kawan saya yang dirawat di RS Awal Bross Batam. Anak berusia 11 bulan dan dalam kondisi koma. Kedatangan kami disambut dengan deraian air mata dan ratapan kesedihan sang bapak. Miris. Anaknya semakin melemah, tinggal menunggu kepastian ajal menjemput. Sedangkan si ibu sambil terisak melantunkan ayat-ayat surat Ar-rohman. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang (pantas) kau dustakan?”.

Satu jam kami berada disana. Satu jam itu pula kami mendengar ratap, pengharapan, dan kekuatan iman dari orangtua si anak. Dan satu jam setelah kami beranjak, si anak telah kembali diminta Robbnya. MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG (PANTAS) KAU DUSTAKAN?. Kemudian banyak kawan yang datang ke rumah sakit itu, termasuk saya dan 2 kawan saya juga. Datang untuk menemani orangtua si anak dan mengurus pemakaman si anak. Hiruk pikuk orang datang dan pergi. Tak hanya di rumah sakit, di rumah duka dan dipemakaman juga. Banyak wajah-wajah yang tak dikenal orangtua si anak. Tapi inilah salah satu indahnya bersaudara.

“Ini ujian dari Allah, teguranNya pada saya karena saya tidak pernah bersilaturrahim, saya tidak pernah bersilaturrahim. Allah menegur saya. Maafkan saya” berulangkali dalam tangis si bapak kalimat ini yang diucapkan pada setiap orang yang datang. Saya, dan mungkin orang lain juga, menduga-duga apa maksudnya.

Ternyata si bapak punya sejarah kecewa terhadap saudara-saudara dalam lingkaran pengajiannya karena menganggap saudara-saudaranya tidak peduli padanya, terutama disaat ia membutuhkan. Terlebih dalam moment pilkada di daerahnya. Banyak janji-janji kepada masyarakat yang menurutnya tak pernah ditepati. Kekecewaan yang membuat ia tak lagi mau ikut produktif dalam amal sholeh bersama. Ia hanya datang waktu pengajian dan setelah itu kembali sibuk dengan kerja duniawinya.

Hemm, inilah fakta sejarah kita, fakta sejarah yang hari itu saya temukan. Ada, bahkan mungkin banyak, saudara-saudara kita yang mengalami kekecewaan terhadap saudaranya yang lain dengan berbagai latar alasan kecewa dan kesalahan saudaranya. Dan itu nyata. Saya pun pernah mengalami ketika masih aktif dikampus. Bukan hanya kecewa tapi juga bersalah. Itu tabiat manusia, salah dan khilaf.

Suatu saat kita akan mengalami titik balik itu. Hari ini kita suka besok kecewa, hari ini benar besoknya salah, hari ini produktif esok sudah apatis. Saya hanya ingin kita berlapang dada dalam memaafkan dan meminta maaf. Berikan prasangka baik pada setiap orang, karena semua punya hak untuk memperbaiki kesalahan, berubah menjadi lebih baik.

Ini bukan untuk menghakimi yang satu dan membenarkan lainnya. Persoalan umat masih banyak yang harus diselesaikan. Mengapa kita justru terus berkutat dengan masa lalu. Kapan melangkah kedepannya? Persatuan adalah jawaban untuk menuntaskan perubahan. Menghusung perbaikan-perbaikan dan menghindari sebanyak mungkin kesalahan-kesalahan yang akan terbuat.

Saudara kita berhak untuk berubah menjadi lebih baik, maka dukunglah ia…

Tidak ada komentar: