25 Desember 2007

untuk ibu...(meskipun telat)

Saya sedikit terpaksa memuat ucapan selamat hari ibu buat ibu saya di blog ini. Ini saya lakukan karena setelah beberapa kali saya coba hubungi HP ibu saya, ternyata tidak aktif. Saya juga telah lebih dari 10 tahun tak pernah bertemu beliau. Apalagi lebaran idul fitri kemarin semestinya saya bertemu beliau, tapi saya masih tertahan di tanah orang. Rantau.

Jadi:

SELAMAT HARI IBU
(Maafkan kesalahan nanda, bu...)

21 Desember 2007

menyelam(i) dalam(nya) semangat juang mahasiswa

Saya sebenarnya agak males nulis saat ini. Terlebih dengan teror dari keluarga yang mempertanyakan kabar saya saat ini. Termasuk juga teror kawan-kawan yang menanyakan kapan saya kawin, "kan, dah makmur..", kata mereka. Jujur aja (saya berani utarakan karena nggak mungkin keluarga saya main internet kecuali Firo, adek saya yang maniez) saat ini kondisi psikologi saya agak ngedrop, kantong saya juga drop abizz... karena saya masih nggak jelas... Kalo ada yang nanya, "kan dah jadi staf dewan?", maka akan saya jawab, "itu adalah amanah, bukan lahan maisyah..."

Tapi saya beranikan untuk menulis karena saya punya satu cerita optimistis yang saat ini menjadi salah satu alasan dari alasan-alasan lain kenapa saya mau bertahan di Batam. Saat ini potongan-potongan puzzle potensi mahasiswa di Batam mulai sedikit demi sedikit terlihat bentuknya. Inilah yang membahagiakan saya, yang mengembalikan semangat saya untuk bersabar dan bersabar dalam ujian. Selain dukungan kawan-kawan saya, tentunya.

Subhanallah, potensi-potensi itu mulai terkumpulkan, dari satu menjadi sepuluh dan seterusnya, semakin bertambah. Saya salut dengan semangat juang mereka. Semangat yang menuntut untuk diberdayakan. Semangat "revolusioner", mengambil dari kata Almh Dyah Miftah.

Tapi saya takut semangat itu hanya ada di awal, tak bertahan lama. Seperti bunga matahari yang mengikuti gerak matahari. Saya takut mereka hanya bersemangat jika ada yang bersemangat. saya takut semangat itu terbangun bukan dari kesadaran mereka kenapa mereka harus berjuang. Saya takut semangat itu tidak dilandasi kepahaman.

Meskipun terdapat doktrin ikhlas hingga tsiqoh (percaya) pada yang lain, tapi tanpa kepahaman, kegigihan itu akan keropos didalamnya, dan akhirnya mudah tumbang atau ditumbangkan. Banyak kisah tentang aktivis kampus yang futur (lemah semangat) dan insyilakh (berlepas diri) karena kurangnya kepahaman tentang esensi dan kesabaran dalam berjuang.

Semoga kalian tetap teguh berjuang, tentunya dengan lurusnya pemahaman.

18 Desember 2007

warning bagi aktivis kampus (catatan buat A&N juga)

Dunia kampus itu dunia idealita bukan realita. Ketangguhan dan ketegaran semasa di kampus tak menjadi jaminan imunitas ketika sudah lulus dan kembali ke masyarakat. Kita bisa menghitung berapa banyak aktivis yang kemudian banyak berlepas dari majelis imannya setelah dia lulus, hatta dia seorang leader di lembaga kampus.

Kenyamanan, pengawasan serta rasa gengsi pada sesama aktivis merupakan alasan kenapa sang aktivis tetap kokoh bertahan dalam idealita selama di kampus. Tapi cobalah lepas ia di masyarakat. Mampukah ia menghadapi godaan?

Di Batam, tempat saat ini saya berada misalnya. Ada seorang mantan aktivis kampus yang kualitasnya top abis mengalami kefuturan (lemah semangat) selama hampir setahun, bahkan tak lagi datang dalam pengajian pekanan karena dia kalah bertarung melawan lingkungannya yang hedonis-kapitalis. dan sekarang alhamdulillah dia mulai kembali menata semangatnya, kembali dalam majelis iman.

Peristiwa di atas saya yakin juga banyak terjadi di beberapa daerah. Permasalahannya adalah banyak aktivis kampus yang tak memiliki kesiapan untuk berjuang sendirian, bahkan sekedar mempertahankan diri pun tak disiapkannya. Padahal hanya berkisar 4 tahunan ia di kampus, dan setelah itu kembali lagi di tengah masyarakat. Mungkin tak akan banyak perubahan idealita jika selesai kuliah ia tetap bertahan di kota kampusnya berada atau daerah yang jumlah aktivisnya melimpah. Karena ikatan ukhuwah dan nasehat iman mudah didapat. Tapi berbeda bila ia berada jauh dari komunitas yang memiliki kepahaman yang sama dengan dirinya.

Sehingga, terutama bagi engkau yang masih berstatus aktivis kampus, tempalah ketahanan iman kalian untuk siap dalam kesendirian berjuang! Bila selama di kampus banyak kau temui partner lembaga yang tak maksimal bekerja, banyak aktivis yang tak berkarakter sempurna, atau sering lemahnya ikatan ukhuwah dan berbuah kecewa di hatimu, maka hal itu akan lebih banyak kau temukan jika kau kembali di masyarakat. Bersiap siagalah!

17 Desember 2007

apa kabar FOSMI?

Tadi siang tiba-tiba saya dapat sms penyemangat dari seorang adik angkatan di FH UNS. Anak FOSMI (Forum Silaturahmi Mahasiswa Islam, lembaga dakwah kampus). Saya sendiri agak lupa-lupa ingat orangnya yang mana, tapi saya berucap syukur masih ada yang mau mengingatkan dan menyemangati saya.

Saya pun akhirnya kembali teringat masa lalu. Masa-masa di kampus. Masa indah jadi destroyer ketika MUBES FOSMI, kenangan saat SIDANG, SAKSI dan PK. Menyaksikan beberapa kali pergantian ketua, menjadi caretaker ketika ada masalah, jadi tukang jual brownies dan makan sahur keliling untuk menambah kas FOSMI, spesialis cuci piring dalam acara dauroh-dauroh FOSMI. Bahkan saya masih ingat tiba-tiba mata saya sembab berurai air mata, menangis, ketika DePe (Dian Pranowo) terpilih jadi ketua FOSMI. Saya ingat semuanya.

Tapi bagaimana kabar FOSMI sekarang? Penuh semangat ukhuwah kah? atau terlibas dalam arus pragmatisme kuliah? Masihkah kader-kadernya bersemangat melakukan kerja-kerja dakwah?

logika perut

Ada uang ada makan,
ada logika dan kerja

Sebaliknya...

Tak ada uang tak ada makan,
mencuri?


Naudzubillah

14 Desember 2007

sakit-sakit dahulu, perhatian kemudian

Dulu saya pernah punya adik angkatan yang lucu. Dia menjadikan sakitnya sebagai sarana silaturrahim (yang kemudian kadang saya tiru untuk melihat ukhuwah kawan-kawan saya). Ketika dia sakit, dia siapkan buku untuk mencatat siapa saja yang menjenguknya. Bahkan jika ternyata ada kawan yang dikenalnya tidak datang berkunjung, dia akan SMS atau telepon mengabarkan kalau dia sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Bahkan yang lebih seru lagi, dia membandingkan jumlah pembesuknya dengan pembesuk kawan-kawan lainnya yang sakit, termasuk pembesuk ketika saya sakit. Siapa saja yang datang dan siapa yang tidak datang.

Ketika saya tanyakan mengapa dia melakukan hal tersebut. Dengan enteng dia menjawab, "mas, kapan lagi mereka akan peduli dengan saudaranya kalau bukan saat saudaranya sakit". Simple kelihatannya, tapi ada benarnya juga. Seringkali saya melihat ketika ada kawan yang sakit, baru saat itu orang memberikan perhatian yang lebih, berbeda jika kawan itu dalam keadaan sehat. Terutama dikalangan aktivis kampus. Saya banyak menyaksikan kehebohan jika ada diantara teman seorganisasi atau sekost-kostan sakit, apalagi typhus atau demam berdarah, dan masuk rumah sakit. Banyak diantara mereka saling berkirim SMS, mengabarkan kawan yang sakit. Bahkan kadang orang yang sakit seringpula tidak dikenal. Yang penting SMS dikirimkan, mengabarkan si fulan/fulanah sakit. Dan saat seperti inilah ukhuwah itu tumbuh. Maka tidak salah jika rasulullah memberikan hak yang harus ditunaikan terhadap saudara kita jika dia dalam keadaan sakit. Kita jenguk dan do'akan.

Tapi pernah juga ada kawan yang hampir memutus tali silaturrahmi gara-gara tak banyak kawannya membesuk saat dia sakit. Atau ada pula kawan yang kecewa karena seringnya dia membesuk, tapi begitu giliran dia yang sakit, hampir semua orang, terutama yang pernah dibesuknya tak membesuknya.

Aneh,bukan. Begitulah adanya. Sakitlah dahulu, maka kawan-kawanmu akan memperhatikanmu. Sakitlah dan ujilah tingkatan ukhuwah kawanmu

13 Desember 2007

dia

Saya kira setiap orang pasti pernah dihadapkan pada masa-masa sulit. Masa dimana kemampuan individu kita tak lagi mampu mengatasi masalah yang kita hadapi. Pada akhirnya kita butuh seseorang untuk paling tidak sekedar menjadi ruang berkeluh kesah atau mengais simpati dan keteguhan, itu intinya.

Maka bersyukurlah bagi anda yang telah menemukan potongan rusuk anda. Berbaik-baiklah dengannya. Dan jadikan kehidupan anda dan kehidupannya merupakan kebun dan anda berdua petaninya. Tanamlah apa yang baik bersama-sama, karena rasa lelah dan penantian pada apa yang anda tanam itu kelak menuai hasil. Sabar kata kuncinya.

Dan jika kemarau menghalau musim tanam. Bukan anda atau dia yang bersalah. Inilah ujian dari Allah SWT untuk anda berdua. Agar cinta anda bermekaran di tengah kemarau. Cinta pada dia dan Dia.

Dan bila bukan kemarau tapi hama yang menyerang kebun kalian. Sehingga pupus pengharapan anda akan masa depan. Kembalikan keyakinan anda, dekaplah dia serta. Allah SWT tak akan memberi ujian di luar batas kemampuan manusia. Pasti ada jalan keluar. Hadapilah dengan senyum bukan amarah dan dengki.

Pilihan yang rumit dan maaf pada keluarga

Saat ini hampir saya tak lagi memperhatikan studi S2 saya yang terbengkalai. Banyak hal yang saat ini justru mendesak-desak pada fisik dan pikiran saya untuk lebih dulu diselesaikan.

Saya hanya bisa mengharap maaf dari keluarga dan orang-orang yang telah berkorban untuk kehidupan saya. Saya hanya bisa meminta maaf jika saat ini saya tak bisa memberikan yang terbaik (menurut mereka) bagi keluarga.

Pilihan yang sulit, memang! Dan saya tak menyesali pilihan yang telah saya ambil.
Maafkan saya

12 Desember 2007

“Semoga menjadi batu karang”

Kalimat diatas diucapkan oleh seorang kawan yang memiliki hoby yang sama dengan saya, suka tantangan. Kami kebetulan pernah satu amanah, jadi sangat nyambung kalau bicara, apalagi membahas seni dan anak-anak jalanan, nyambung banget lah... Kawan saya ini belum lulus tapi punya semangat untuk berkelana ke negeri-negeri yang menantang (apalagi dengan latar bahasa inggrisnya yang markotop, pasti kesampaian, deh...)

Lontaran kalimat diatas terucap ketika sebelumnya saya mendapat SMS dengan ketikan huruf ”A” darinya. Yang kemudian saya balas dengan meneleponnya. Dan terlontarlah banyak kalimat dari bibirnya...mulai dari tanya kabar hingga bertanya tentang medan juang di Batam. Kami pun sempat tertawa dalam selingan kalimat canda. Maklum, nostalgia masa lalu. Dan kemudian diakhir teleponnya dia berujar, ”Asyik, nih... kayaknya tertantang untuk ke Batam. Menyenangkan ujian-ujiannya. Btw, semoga Antum Bisa menjadi batu karang. Semangat, ya”.

Subhanallah, saya terhenyak dan berucap syukur. Di tengah gelisah (kalian bisa baca tulisan saya dari mulai soal sakit hingga tulisan bernada marah) yang menyayat keteguhan saya saat ini, dia membangun kembali semangat dan ketegaran itu. Serasa air es yang memberi kesejukan dan mengembalikan tenaga. Sungguh saya sangat bersyukur... Dia mengingatkan kembali akan hakikat perjuangan ini. Tabiat jalan yang memang penuh rintangan. Banyak cibir, tak banyak pesona. Dia mengingatkan betapa sulit menata hati menapakinya.

Terima kasih kawan, saya memang berharap laksana batu karang. Setiap saat ombak menerjangnya, kadang besar, kadang kecil. Tapi tetap tak bergeming.

Saya memang sangat berharap laksana batu karang. Di sana ikan-ikan dan biota lainnya menjadikannya tempat berteduh membangun peradaban.

Betul sekali, saya memang berharap bisa menjadi batu karang. Tegar diterpa ombak. Bermanfaat dalam ruang kehidupan.

Terima kasih kawan, terima kasih atas do’anya. Semoga Allah mempertemukan kita dalam kesempatan lainnya. Terima kasih... Dan segeralah lulus, ummat menantimu.

03 Desember 2007

entahlah, yang ada cuma marah...

HARI INI SAYA BENAR-BENAR MARAH KARENA APA YANG SAYA LAKUKAN BANYAK NGGAK JELASNYA. BANYAK YANG TAK MERESPON

SEMUA ORANG TERKESAN LEPAS DARI TANGGUNGJAWAB DAN MENCARI AMAN MASING-MASING. YANG ADA CUMA SALING MENYALAHKAN DAN MENYALAHKAN...

HANYA ADA RASA CURIGA, SEAKAN TAK LAGI MEMILIKI RASA PERCAYA, PADAHAL TELAH LAMA MEREKA DITEMPA UNTUK SALING PERCAYA DAN BEKERJASAMA...

SAYA SENDIRI JUGA DALAM POSISI YANG TIDAK JELAS... TEROMBANG-AMBING...


SESAK DI DADA. INGIN MENANGIS...

YA, ALLAH...
KUATKAN LANGKAH KAKI INI MENAPAK JALANMU
TEGARKAN HATI INI HADAPI COBAAN
ENGKAULAH YANG TAHU APA YANG HAMBA RASA

30 November 2007

rindu pada kawan

Baru saja saya mendapat telepon dari kawan karib saya di Solo. Dia memintakan pendapat saya mengenai pengelolaan lembaga yang dulu pernah kami bersama ada disana. Menarik memang, otak saya langsung berputar cepat, jantung ini langsung berpacu penuh semangat. Saya jadi ingin kembali berada disana. Ingin ikut kembali berjuang membentuk karakter mahasiswa religius-akademis-sosialis.

Saya jadi ingat perdebatan-perdebatan kami dalam konsep. Ingat bagaimana kami melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mahasiswa dengan status kami yang juga mahasiswa. Seru dan menyenangkan ditengah kelelahan dan kepayahan diri kami. Tapi itulah tanggungjawab yang harus kami laksanakan.


Dan subhanallah, mereka masih ingat dengan saya. Padahal kami sudah berjauh daerah. Nikmat banget punya kawan seperti mereka, kawan yang terbingkai dalam ukhuwah islamiyah.

Dan dimanapun kalian berada, saya berharap Allah melimpahkan kenikmatan dan keistiqomahan pada kalian dan saya. Semoga kita masih bisa saling mengikhlaskan diri untuk agama kita. Selamat berjuang disana, ditempat dan amanah yang baru. I miss u

notes: apa kabar kang ustadzi, kang awing, mpok fitriyah, mpok sulis, mpok tita, kalian yang pernah menjadi partner saya, anak-anak puskomda, anak-anak LDK kampus swasta di Solo, anak-anak KAMMI Abdullah Azzam, dan kalian yang baru saja bergabung dalam keluarga besar puskomda dan para pendamping?

29 November 2007

saat sakit

Hari ini saya tidak masuk kantor. Sakit. Tapi sama saja, meskipun saya tidak masuk kantor tetap saja saya masih di kantor, maksud saya, saya kan tinggal di kantor sekretariat suatu lembaga. Jadi hari inipun saya masih sibuk dan tetap beraktivitas.

Saya sakit karena overload aktivitas beberapa pekan ini. Kurang tidur dan asupan gizi. terlebih, jum'at hingga ahad lalu diminta jadi Master of Training kegiatan kampus di Batam, menyenangkan, tapi sekarang menuai tubuh yang pegal-pegal dan meriang. Saya butuh istirahat.

Ohya, selain itu saat ini saya juga lagi marah. Di gedung DPRD Kota Batam ada yang disebut sebagai power rangers. Mereka suka berubah-ubah, termasuk pendirian dan kebijakan. Biasalah, semua itu demi kepentingan perut mereka. Tapi yang namanya power rangers, apapun yang dilakukan pasti menuai pujian, seakan mereka adalah hero.

Begitulah masyarakat menilai power rangers. sang jagoan penyelamat bumi, pembela rakyat. Namun anggapan hero itu harus dihapus jika mereka bertemu dengan power rangers di DPRD Kota Batam, karena mereka tak lebih dari penjahat berkedok pahlawan. Rakyat hanya dijadikan komoditas untuk mengeruk kekayaan pribadi.

Dan anak-anak kecil pastinya tahu kalau pimpinan power rangers adalah yang berkostum warna merah.

25 November 2007

Menjaga Orisinalitas Dakwah

Dakwah di jalan Allah (ad-da'wat ilallah) adalah pekerjaan mulia yang dijanjikan dengan pahala yang besar. Dalam hadits Shahih disebutkan, bahwa menunjuki ke jalan yang baik sama seperti melakukan perbuatan baik itu sendiri (muttafaq alaih). Begitu juga dalam hadits lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam, menyatakan, jika anda mampu menjadi sebab bagi seseorang mendapat petunjuk Allah ta'ala, itu lebih baik dari 'unta merah' (sebuah symbol kemewahan pada masa dahulu). Dari dua hadits ini, kita bisa memahami bahwa profesi dakwah adalah profesi terhormat di mata Allah ta'ala.

Dakwah di era kontemporer ini bertujuan untuk mengembalikan kehidupan kaum Muslimin ke garis yang benar, demi mengarahkan mereka kepada ibadatullah dalam segala aspeknya. Para du'at itu mendakwahi ekonom dan bisnismen, tanpa harus mereka berprofesi sebagai pebisnis. Mereka mendakwahi politisi dan negarawan, tanpa harus mereka beralih profesi dari da'I menjadi politisi. Mereka mendakwahi artis, tanpa harus menjadi artis. Mendakwahi preman, tanpa harus jadi preman. Untuk merubah sesuatu, khususnya sebuah dunia gelap, tidak mengharuskan kita menceburkan diri dalam dunia itu. Dari contoh-contoh dakwah pendahulu pun, tidak melakukan hal itu. Karena untuk menjadi pebisnis, begitu juga politisi, tidak semudah yang dikhayalkan oleh banyak orang.

Asumsi bahwa jika kita masuk ke sebuah dunia, kita bisa merubah dunia itu, atau merubah banyak di dunia itu, ini lebih kepada teori indah, tapi ketika dikerjakan, amatlah sungguh berat. Karena dunia bisnis dan politik itu, sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, halal menjadi haram, haram menjadi halal. Sehingga yang terjadi ialah perubahan akhlak dan identitas keislaman da'i-dai'I yang masuk ke dalamnya. Sikap wara' menjadi rapuh. Kebohongan menjadi biasa. Syubhat menjadi keharusan. Yang sebelumnya takut pada yang syubhat, belakangan terkesan menjadi berani pada yang syubhat bahkan mungkin juga pada yang haram. Kewara'an dan zuhud yang menjadi muwashofat seorang da'I, nyaris menjadi tak popular. Penilaian juga ikut berubah. Hal-hal (baca : uang) yang sebelumnya dianggap haram, harus dihindari, dan merusak kewara'an, belakangan sudah dianggap biasa, atau tuntutan berbisnis atau berpolitik. Untuk menjustifikasi tindakan-tindakan itu, digunakanlah kaidah-kaidah fiqh secara berani dan tidak proporsional. Seolah-olah yang menetapkan hukum dan fatwa, orang-orang sekaliber Abu Hanifah, Malik dan asy-Syafi'i. Kalau Imam Malik dulu, lebih banyak menjawab "tidak tahu" dari 40 masalah yang diajukan kepadanya, padahal dia seorang Imam Mujtahid, sementara dizaman sekarang banyak peneliti agama, menjawab dengan berani masalah apa saja yang diajukan kepada mereka, dengan dalih ijtihad, maslahat.

Para imam itu dahulu, enggan menjawab masalah padahal dia mengetahuinya, karena mengingat riwayat yang popular di kalangan fuqoha' : "Ajro'ukum ala al-Futya ajro'ukum ala an-Nar". (orang yang paling berani di antara kalian berfatwa, adalah orang yang paling berani masuk neraka.)

Memang masih ada orang yang mampu bertahan dengan idealismenya di dunia rawan seperti itu, tapi jumlah mereka hanya berapa? Tapi yang umum adalah terbawa oleh arus utama dalam dunia yang baru dihadapinya. Di dalam Shohih Muslim, terekam nasehat Nabi Saw kepada Abu Zar. Beliau mengatakan, Hai Abu Zar. Aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Kulihat engkau sosok yang lemah,janganlah memimpin dua orang (apalagi orang banyak), dan janganlah mengurusi harta anak yatim.

Inilah pesan Nabi kepada salah seorang Sahabat dekatnya. Apa yang bisa kita pahami dari kisah ini? Bahwa dunia tertentu seperti kepemimpinan public menuntut qualifikasi tertentu. Artinya, tak setiap orang soleh bisa terjun ke dunia politik. Rasul sama sekali tak meragukan kesolehan dan ketakwaan Abu Zarr, beliau adalah seorang sohaby yang mulia. Tetapi kepemimpinan public adalah dunia yang tak cukup mengandalkan hanya kesolehan pribadi. Batu-batu licin dan batu terjal nan tajam yang membahayakan berhamparan di sana. Padahal di jaman itu yang hidup adalah para sahabat, generasi terbaik dengan segala keistimewaannya. Namun Rasul tidak merekomendasi Abu Zar untuk terjun ke dunia public, karena factor-faktor pribadi yang beliau lihat pada Abu Zar.

Yang terjadi dari zaman ke zaman dalam uji coba terjun ke dunia politik oleh para aktifis dakwah, mirip dengan gambaran Abu Zar itu. Semangat awal memang cukup menakjubkan, yaitu ingin merubah dunia hitam menjadi dunia cemerlang. Uji coba seperti itu bukan baru pertama kali dilakukan. Generasi-generasi sebelumnya di negeri ini juga sudah melakukan itu. Tetapi hasilnya serupa. Tak berubah. Orang yang masuk kesana, bukan merubah, tapi ikut berubah. Bukan mewarnai, tetapi terwarnai. Bagaimana jika yang terwarnai ini adalah sebuah rombongan besar yang bercita-cita menegakkan mega proyek Islam?Bukankah siasat itu menjadi praktik 'bunuh diri' dan set back atau mundur dalam memahami materi-materi dakwah? Orang lain pun akan mengatakan, kenapa anda tidak belajar dari pengalaman saudara-saudara anda sebelumnya? Apakah anda terlalu percaya diri atau anda telah jatuh dalam isti'jal (terburu-buru mencapai tujuan)?

Persoalan yang dihadapi bukan satu-satu soal uang, risywah dan sejenisnya, walaupun ini telah banyak merubah orientasi aktifis Islam dari idealism eke fragmatisme. Tapi ada hal-hal yang sudah masuk wilayah 'Aqidah. Seorang Mukmin yang aqidahnya sudah tershibghoh tawhid, bagaimana dapat bekerjasama dengan kaum yang menghalalkan segala cara, bahkan menghalalkan kekufuran dan kefasikan? Bukankah Allah Subhanah Wata'ala mengingatkan NabiNya dengan peringatan yang keras, tak ada peringatan sekeras itu dalam firman-Nya: "Dan jika Kami tidak menetapkan hatimu, hampir-hampir saja engkau condong sedikit kepada mereka. Jika itu terjadi, pasti Kami rasakan kepadamu siksaan berlipat ganda di dunia dan begitu pula siksaan berlipat ganda setelah mati, dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolongpun terhadap Kami." (Al-Isro' 74-75).

Jika yang berjuang itu Nabi Allah, yang menetapkan hatinya adalah Allah Swt, dan wahyu turun menegurnya, bila terjadi pembelokan dalam gerak dakwahnya. Tapi jika yang berjuang itu manusia biasa, wahyu apakah yang turun mengingatkannya? Yang mengingatkan hanyalah manusia yang masih ingin memelihara orisinalitas dakwahnya. Tapi musibah besar jika yang memberi nasehat dianggap sebagai penghalang jalan dakwah. Padahal andaikan tidak ada si 'penghalang' itu, mereka bisa terjerumus seluruhnya kepada kebinasaan.

Peringatan keras Robbany seperti di atas seharusnya juga dipahami sebagai peringatan untuk para da'I yang berjuang menegakkan dienullah. Mereka harus benar-benar konsisten di jalan dakwah dan tidak tergiur oleh rayuan-rayuan manusia dan bisikan-bisikan syaitan untuk merubah arah, pemahaman dan metodologi dakwah mereka.

Adalah peringatan Nabi kepada Para Sahabatnya dilaporkan oleh Abu Sa'id al-Khudry yang menceritakan: "Ketika kami duduk di sekitar mimbar Rasul, Beliau bersabda, sesungguhnya yang paling kutakuti menimpa kalian, adalah jika dunia terbuka lebar di depan kalian, kesenangan nya terhampar di hadapan kalian." (muttafaq alaihi).

Jadi cobaan yang dikhawatirkan bukan cobaan yang datang dari luar, tetapi cobaan dari dalam diri sendiri, menganggap diri sudah besar, sudah berpengaruh, dapat simpati besar, dunia pun terbentang di hadapan. Inilah awal ketergelinciran. So. Siapakah yang mau merenung, Fahal min muddakir?

Sumber: http://daudrasyid. com/index. php?option= com_content&task=view&id=50&Itemid=35

20 November 2007

Kapan kawin?

Sebelumnya saya perlu mengucapkan selamat atas pernikahan Akh Hartoyo, SH dengan dr. Dinar. Saya minta maaf tidak bisa hadir di walimahan antum meskipun banyak SMS dari kawan-kawan yang mengajak saya untuk datang. Maaf, terbentur biaya pesawat PP dari Batam-Jogja-Batam.

Dari sekian SMS yang masuk, ada juga yang mempertanyakan kapan saya menikah? Kan, mbah-nya Fakultas Hukum (maksudnya, akh toyox) sudah menikah. Berarti junior-juniornya sudah bebas (merdeka) untuk segera menggenapkan dien, kata mereka.

Harus saya jelaskan, keinginan menikah itu ada (kan, sunnah Rasul). Yang jadi masalah hanya menentukan orang dan saat yang tepat. Seorang ustadz (teman diskusi pekanan saya) menyarankan saya untuk menculik dari jawa. Argumentnya, di Batam dibutuhkan tenaga yang fresh dan mau bekerja untuk dakwah. Pilihannya pokoknya bukan tipe pekerja, di Batam sudah banyak (Nah lho.. Ini bukan sebuah pendiskreditan bagi yang tidak masuk dalam rekomendasi). Teman yang lain menyarankan saya memilih dokter (seperti akh toyox) agar saya yang sering sakit-sakitan ada yang merawat (emang tugas istri cuma merawat suami yang sakit?). Ada pula kawan yang meminta saya untuk menikah dengan sesama lulusan hukum (maksudnya UNS) karena sepanjang sejarah di FH UNS, akhwatnya selalu mendapatkan giliran menikah paling lambat (bukankah biar lambat asal dapat suami yang hebat? Toh, Allah lah yang mengatur perjodohan itu). Saya tidak mau dipusingkan dengan usulan-usulan itu.

Bagi saya biarkan waktu yang menjawab semuanya. Siapapun dia yang menjadi teman sejati saya paling tidak merupakan orang yang se-visi. Tahu ke arah mana biduk ini akan dibawa. Siap dengan tantangan.

Dan bagi saya, toh pada akhirnya jodoh itu akan tiba juga jika Allah Mengijinkan. Tidak perlu dipaksakan.

NB (Narasi Banyolan): Dicari, pasangan sejati saya. Dimanapun berada. Ciri-ciri: mirip dengan ibu-bapaknya. Bagi yang menemukan bisa kontak melalui jalurnya, hehehe...

Satu dari nikmatnya Tarbiyah

Seorang kawan tiba-tiba mengirimkan SMS berupa pertanyaan serius kepada saya. Kontens dari pertanyaan sebenarnya sudah dapat terjawab dan ini masalah yang selalu berulang dan saya banyak menemukan pertanyaan ini dalam seminar dan forum diskusi ketika saya diminta jadi pembicaranya, ataupun di agenda ngapel (Ngaji Pelan-pelan) pekanan, dan dalam kesempatan-kesempatan lainnya. Untuk itu, lebih baik saya tulis pendapat saya di sini saja. Kalau nanti ada yang bertanya mengenai masalah ini, tinggal saya suruh buka blog ini.

Kawan saya itu menanyakan tentang pengibaratan komunitas tarbiyah dimana dia dan saya berada yang menurutnya sekarang telah mengalami banyak goncangan. Dia andaikan komunitas ini sebagai perahu dan dia buat tiga opsi terhadap komunitas ini:
1.Perahu itu dimuseumkan dan cukup menjadi bahan pelajaran bagi anak cucu kita,
2.Perahu itu dikaramkan saja biar tak berbekas, tak meninggalkan jejak sejarah, atau
3.Perahu tersebut diperbaiki agar tak koyak diterjang ombak.
Dan secara spontan saya pilih opsi ketiga.

Memang tidak menutup kemungkinan bahwa komunitas ini bukan tak punya salah, tak punya celah. Bisa juga komunitas ini kalah sempurna dibanding komunitas-komunitas yang lain dibidang-bidang tertentu. Tapi ini semua berawal dari niatan kita bergabung dalam komunitas ini. Jangan-jangan sejak semula bergabung dalam komunitas ini kita tak tahu peran apa yang harus kita mainkan atau jangan-jangan justru kita salah mengambil peran.

Maksud saya begini, jika dikembalikan dalam pengibaratan diatas. Misalnya kita seorang ahli (teknik) mesin yang secara kompetensi semestinya berada dilambung kapal, karena disanalah letak mesin berada. Tapi kita malah memilih atau ditempatkan di geladak kapal. Maka yang terjadi justru potensi kita cenderung tidak teroptimalkan. Kondisi seperti inilah yang memacu seseorang itu futur (lemah semangat) atau bahkan insyilakh (berlepas/memisahkan diri) kalau dia tidak memiliki imunitas keimanan. Dan seperti ini pula yang bisa menyebabkan kapal ini lamban mencapai tujuan. Karena bisa jadi pula kesalahan pengambilan peran tidak hanya terjadi pada si ahli (teknik) mesin, tapi pada nahkoda dan posisi-posisi lainnya.

Sebenarnya tak ada yang salah dengan perahu ini, karena telah tersedia kompas (Qur’an dan sunnah) yang menjadi pedoman dan ada peta (manhaj) yang secara utuh menggambarkan rute dan cara bagaimana kita mencapai tujuan. Justru yang menjadi penyebab akan tiba atau tidaknya perahu ini pada tujuan adalah orang-orangnya, kita.

Ada pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah perang Uhud. Setelah kemenangan Badar berduyun-duyun orang memilih islam sebagai agama mereka. Berbagai motivasi yang melatarbelakangi perpindahan agama tersebut. Ada yang karena tujuan untuk Allah dan RasulNya, ada yang karena takut diperangi oleh kaum muslimin jika tidak memeluk agama islam, ada juga karena motivasi jika bersama islam akan banyak harta yang didapat dari hasil rampasan-rampasan perang, dan motivasi lainnya. Tapi begitu datang perintah berjihad ke medan Uhud, sedikit dari umat yang merespon seruan Rasul. Berbagai alasan yang dikemukakan, dan yang terakhir, desersinya sejumlah pasukan dibawah komando Abdullah Bin Ubay. Begitu pula kondisi komunitas ini. Banyak orang yang bergabung dengan berbagai maksud yang membersit dihatinya. Dan Allah lah yang akan menyeleksi orang-orang itu.

Dan satu hal lagi, jika kita melihat adanya orang-orang dalam komunitas ini yang melakukan kesalahan, maka tak usah dibawa risau. Semua orang boleh melakukan kesalahan, dan bukan kesalahan itu yang harus kita ungkit, justru temani orang-orang itu untuk memperbaiki diri. Bukankah orang sekelas veteran Badar juga pernah bersalah? Pagi mereka berjihad fisabilillah dimedan Badar dan sorenya berebut ghonimah hingga Allah menurunkan surat Al-Anfal bagi mereka. Bahkan seorang ustadz (kawan saya, ketua IKADI BATAM) berseloroh, ”tak usahlah kita dendam pada orang-orang yang bersalah, selama masih tarbiyah, maka selama itu berarti masih terbersit niatan untuk berubah.”. Dia pula menyebutkan, sangat berlebihan jika ada sesama ikhwah yang mendendam dan enggan memaafkan jika terdapat kesalahan. Kita bukan (sekelas) Rasul dan yang terhukum bukan (sekelas) Ka’ab Bin Malik. Atau bahkan menghadapi (sosok seperti) fir’aun pun Musa harus menggunakan kata yang lemah lembut. LUAR BIASA... TARBIYAH MENGAJAR KITA.

rekan kerja...

Kawan kerja saya selalu datang lebih pagi dan pulang lebih sore dari yang lainnya. Hebat kan...

Kadang saya sendiri malu.. karena saya datang lebih siang dan pulang lebih awal dari orang lain.
(Maklum tugas saya bukan hanya di kantor dewan saja...)

Jadi... saya ingin minta maaf pada rekan kerja saya yang mungkin melihat saya lalu-lalang, kadang ada dan seringkali tidak ada, tanpa jelas. Afwan, ya...

kawan saya ini memang tergolong unik. Dia termasuk orang yang sangat cermat dengan tugas-tugasnya meskipun saat ini tengah menyelesaikan skripsinya. Meski sempat ngeblank dan ogah melakukan tugasnya, tapi toh sekarang dia kembali lagi menyelesaikan tugas-tugasnya dengan rapi. Hebat. Padahal tahu sendirilah bagaimana situasi di lingkungan dewan. Banyak hal-hal yang berbau politik yang menyesakkan hati... saya saja yang baru beberapa bulan di sana merasa jengah, eh.. dia malah enjoy... Mungkin dia dah kebal kali, ya...
"Selama saya bersama orang-orang baik, insyaallah saya tak akan lelah bekerja..." itu katanya. Semoga saya juga tak pernah lelah...

Semoga dia baca tulisan ini...(ini untukmu kawan, semoga kau tak lelah mengingatkan saya pula...)hehehe....

19 November 2007

Pilihan dan Pengorbanan

Seorang kawan bertanya melalui SMS kepada saya mengenai pilihan hidup.
Dia punya saudara yang memilih untuk berdakwah disuatu tempat yang jauh dari hiruk pikuk kota dan keluarganya (terpencil). Menurutnya itu merupakan pilihan yang tidak logis diantara pilihan-pilihan lain yang sebenarnya dapat dengan mudah diraih. Dia pun menanyakan pula tentang pilihan saya untuk berada di Batam.

Maka saya katakan padanya: Sebuah cita dan asa pasti terdapat pengorbanan dan pilihan, maka berkorbanlah terhadap apa yang kau pilih... dan jangan menyesal.

Aku mencintai Dia. Maka inilah yang kuberikan. Semoga bisa istiqomah...

kuingin tetap bertahan...

Sungguh... jika bukan karena amanah... mungkin saya memilih untuk tidak berlama-lama bermain dalam politik.

Saya merasakan kecapekan secara fisik dan psikologis, bahkan kadang saya harus menangis...

karena begitu banyak anggota dewan yang menggunakan posisinya bukan untuk rakyat, tapi untuk diri mereka sendiri dengan mengatasnamakan rakyat. Sedangkan perubahan yang sedang diusung segelintir orang diantara mereka harus tersisih oleh suara terbanyak, dan akhirnya tak ada perubahan yang terjadi.

Bukan hanya itu...
kadang upaya perubahan yang sedang diusung segelintir orang dari mereka harus menuai kritik, bukan hanya dari lawan politik, tapi dari rakyat sendiri... Aneh memang...

Masih ingatkah cerita seorang bapak dan anak yang menunggangi seekor keledai lewat sebuah kampung? Ketika si Bapak dan anak menunggang berdua diatas keledai. Masyarakat mencemooh. Mengatakan bapak dan anak tak memiliki belas kasih terhadap keledai. Kemudian bergantilah si bapak yang menunggang dan si anak menuntun keledai. Lewatlah mereka di depan kampung berikutnya. Masyarakatnya kembali mencomooh. Dikatakanlah si bapak tak tahu diri dengan membiarkan si anak lelah menuntun. Dan bergantilah si anak menunggang dan si bapak yang menuntun keledai. Lewatlah mereka di kampung berikutnya. Masyarakatpun lagi-lagi mencela. Dikatakannya si anak tak berbakti (durhaka) membiarkan si bapak menuntun keledai. Dan kemudian keledai itu dipanggul oleh si bapak dan anak. Lewatlah mereka di kampung berikutnya. Dan tetap saja caci maki yang didapat. Disebutlah kedua orang itu gila, memiliki keledai tapi tak ditunggangi.

itulah kita dimata orang. Kadang tak semua kebaikan yang kita lakukan dapat diterima orang lain.

Ya, Allah...
Semoga Engkau meneguhkan kami untuk istiqomah mengusung perubahan itu meski berat dan melelahkan.

16 November 2007

Wajah birokrasi kita

Ada rapat di gedung DPRD. Komisi IV DPRD Kota Batam meminta keterangan penyelesaian program yang dilakukan kantor pemberdayaan perempuan untuk tahun anggaran 2007. Selama rapat berlangsung yang terjadi justru seperti dalam sebuah seminar mengenai pola pemberdayaan perempuan. Tak ada satupun paparan yang disampaikan berkaitan dengan pelaksanaan programnya selama ini. Semuanya normatif.

Sebelum akhir dari ceramah kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan, ketua dan anggota Komisi IV menanyakan realisasi program penanganan perempuan selama tahun 2007. Dan tergagaplah kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan. Tak satupun data yang mereka bawa. Sehingga tak satupun program tahun 2007 yang bisa mereka laporkan...

Hemm, ternyata birokrasi kita seperti ini.... Bagaimana mereka mampu membuat kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan rakyat kalau kualitas mereka tak beda jauh dengan anak TK... memalukan....

15 November 2007

Lelah sih tapi bahagia (inilah realita dunia..)

Saat ini fisik saya lelah, kemarin juga, beberapa hari ini juga! Bahkan tidak ada waktu untuk menulis lagi. Terlalu sibuk, alasan klisenya.

Sedih rasanya jika banyak ide-ide yang lewat tak sempat tertuliskan. Minggu ini banyak tugas menumpuk dan harus saya selesaikan. Terutama tugas saat ini (yang paling menyebalkan dan melelahkan). Saat ini saya ditugaskan untuk membaca pikiran orang lain. Bukan sekedar membaca, tapi juga meluruskan dan mengawal agar tidak keluar jalur. Susah dan membuat pening kepala. Karena kadang hari ini A yang dikatakan, esoknya bisa B yang diminta. Bahkan saya sempat menangis semalamam dibuatnya...

Tapi saat ini saya sedikit bahagia. Ada celah saya bisa meluapkan kepenatan dari rutinitas. Sudah seminggu ini saya kembali ke dunia kampus. Bukan sebagai mahasiswa. Serasa di Solo. Kembali bergumul dengan para aktivis kampus. Menyusun potongan-potongan potensi mahasiswa.

Akhirnya saya merasa terbebaskan dari gelisah... Iya, saya merasa terbebaskan karena bersama aktivis kampus inilah idealisme tetap terjaga, seperti pisau, serasa diasah kembali biar tetap tajam. Tidak tumpul. Sebagaimana pula yin dan yang. Setiap hari saya harus dibenturkan dengan realita dan bersama mahasiswalah idealita itu dibentuk kembali.

melelahkan tapi menyenangkan...

06 November 2007

Ultahnya adek vs Ultahnya DPRD Batam

Hari ini (selasa, 6 Nov) merupakan ulang tahun adek saya yang ke 16 tahun (ternyata dia sudah gedhe juga..). Disaat yang sama DPRD Kota Batam juga berulang tahun ke-7. Perbedaannya adek saya hanya membutuhkan uang 25 ribu untuk merayakan ulang tahunnya (karena dia hanya butuh pulsa untuk membalas ucapan selamat dari teman-temannya). sedangkan di ulang tahun DPRD Kota Batam, 250 juta habis hanya untuk acara kontes sambutan dan nyanyi di gedung milik rakyat tersebut.

Perbedaannya lagi, adek saya tidak perlu mengkhawatirkan uang 25 ribu yang saya berikan untuk beli pulsa karena dijamin itu bukan uang rakyat apalagi hasil korupsi. Sedangkan uang yang digunakan untuk ulang tahun DPRD Kota Batam dianggarkan dari APBD. Rupanya mereka menari diatas derita rakyat...

Diulang tahun yang ke-16nya, saya hanya berdo'a semoga dalam setiap ulang tahunnya, adek saya tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh anggota dewan (yang terhormat?).

Selamat ulang tahun ya, dek... maafkan kakakmu yang tidak bisa hadir dan tidak bisa memberikan hadiah apa-apa di ulang tahunmu.

Salam hangat dari kakakmu,

Agus purwanto
(yang terdampar di Batam)

04 November 2007

kenangan di kampus-kampus di Solo

Sulit rasanya melupakan setiap memori interaksi saya dengan anak-anak kampus swasta yang ada di Solo. Anak-anak USB, AUB, UTP, UNISRI, El Rachma, Alfabank, AKPER PPNI, AKPER17, UNSA, POLTEKKES, UNIBA, UMS, STAIN Surakarta, AKBID Aisyiah, UNIVET, dan kampus lainnya. Saya sangat rindu kebersamaan yang terpatri dihati para puskomda-ers, teman-teman yang menjadi pendamping. Kang Ustadzi dan Mpok Fitriyah. Semua yang pernah saya kenal dan sama-sama berjibaku di kampus swasta. barisan putri Putri Melati(sudah pindah kost?), anak-anak Abdullah Azzam (komputernya dirawat yang baik, data saya jangan dihilangkan).

Saya juga kangen dengan ruh perjuangan kampus hijau UNS. BEM UNS. BEM-BEM Fakultas. Terutama BEM FH UNS (katanya dek Yusuf yang jadi presiden baru, ya.. Selamat berjuang, dek...) Kangen pula dengan JNUKMI UNS, LDK-LDK Fakultas. Rasanya baru kemarin saya diundang menjadi pembicara. Bertemu dengan darah-darah muda yang gelisah mengusung peradaban berkeimanan.

Saya rindu hiruk-pikuk aktivis kampus. Pekik takbir dan teriakan-teriakan yel 'hidup mahasiswa'nya. Rindu perdebatan dalam rapat-rapat organisasinya. Rindu dengan lantunan ayat suci di kos-kos, masjid kampus, mushola dan ruang-ruang fakultas.

Saya rindu dengan mereka yang mewarnai hidup saya. Yang memberikan pemahaman tentang indahnya hidup dalam naungan islam. Rindu ustadz-ustadz yang tak henti untuk berdakwah. Rindu dengan teman satu kelompok pengajian dulu....

Sungguh, saya rindu duduk berlama-lama dalam majelis iman, syuro'-syuro' dan diskusi-diskusi bersama mereka. Saya rindu Nafi', Ikhlas, Bambang, Bayu, Joksur, Joksus, Jok Prast, Jok Pit, Bisma, Imdad, Yudhi, Aliful, Doni, Depe, Rois, Amir, Dll.Rindu dengan mereka yang tidak mampu kusebutkan nama-nama mereka disini. Air mata ini menetes...

Cukup sekian. Saya sangat merindui kalian...
Ternyata rindu ini mendera-dera dan menyayat hati, menoreh luka. Saya rindu kalian...

fungsi blog-Q (jawaban buat DTJ)

Seorang teman mengingatkan saya pagi ini melalui smsnya. Dia minta agar blog ini digunakan sebagai sarana pengingatan bagi teman atau adik-adik yang dulu pernah saya temani dalam pengajian pekanan agar mereka senantiasa bersemangat untuk datang di pengajian rutin pekanan mereka. Maka sebenarnya saya bertanya: ada apa dengan mereka? apakah mereka tidak/jarang hadir di pengajian pekanan mereka?

Saya jadi serba salah...Sebenarnya saya takut kalau terlalu banyak berkomunikasi dengan mereka justru akan menimbulkan figuritas, sedangkan tarbiyah tidak mengharapkan seseorang berubah karena sosok seseorang lainnya. Perubahan itu karena kesadaran dan pemahaman mereka akan kebenaran islam dan konsekuensi atas pembenaran itu.

Mumpung masih hangat dikupas mengenai aliran sesat yang marak saat ini. Terlepas dari isu konspirasi dibaliknya (berkaitan dengan agenda pemilu 2009), saya menilai orang-orang yang terjebak atau ikut kedalam aliran-aliran tersebut karena lebih banyak dipengaruhi faktor ketergantungan pada sosok pemimpinnya (ketokohan/figuritas). Selain itu rasa solidaritas, penunjukkan mu'jizat, dan iming-iming masuk surga adalah faktor berikutnya.

Saya tidak pernah khawatir terhadap adik-adik yang mulai jarang hadir di pengajian rutin mereka. Memaksa bukanlah jawaban untuk menyelesaikan masalah ketidakhadiran itu, berikan mereka teladan dan pemahaman, kemudian biarkan mereka memilih untuk bersama atau tidak dengan kita. Mereka sudah dewasa, sudah bisa memilih. Toh, jalan ini membutuhkan orang yang berkomitmen dengan landasan kepahaman. Ingatlah 10 rukun bai'at Hasan Al-Banna (Al-Fahmu hingga Tsiqoh). Mulailah dengan pemahaman terhadap islam.

Jangan takut makin berkurangnya orang-orang yang ikut dalam gerbong ini. Lha wong yang sesat aja laku apalagi yang benar? berikhtiarlah semaksimal kita,dan pasrahkan hasilnya pada Allah SWT.

NB:
Untuk adik-adik yang pernah ngaji bersama dengan saya selama di Solo,ada apa dengan kalian? semoga prasangka orang-orang mengenai lemahnya semangat perbaikan diri kalian bukan benar adanya.


Salam hangat dari saudaramu di Batam,

Agus Purwanto

01 November 2007

titik balik


Terpaksa saya tidak mengikuti rapat panitia anggaran (panggar) DPRD Kota Batam hari rabu kemarin, ada rasa penyesalan karena saya tidak mendapatkan paparan rancangan kebijakan pengelolaan anggaran Dinas UKM yang hari itu mendapatkan giliran presentasi, tapi paling tidak, ketidakhadiran saya dalam rapat panggar bukan berarti saya tidak menemukan pelajaran hari itu.

Saya tidak hadir dalam rapat panggar karena saya bersama 2 kawan lingkaran pengajian pekanan menjenguk anak kawannya kawan saya yang dirawat di RS Awal Bross Batam. Anak berusia 11 bulan dan dalam kondisi koma. Kedatangan kami disambut dengan deraian air mata dan ratapan kesedihan sang bapak. Miris. Anaknya semakin melemah, tinggal menunggu kepastian ajal menjemput. Sedangkan si ibu sambil terisak melantunkan ayat-ayat surat Ar-rohman. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang (pantas) kau dustakan?”.

Satu jam kami berada disana. Satu jam itu pula kami mendengar ratap, pengharapan, dan kekuatan iman dari orangtua si anak. Dan satu jam setelah kami beranjak, si anak telah kembali diminta Robbnya. MAKA NIKMAT TUHANMU YANG MANAKAH YANG (PANTAS) KAU DUSTAKAN?. Kemudian banyak kawan yang datang ke rumah sakit itu, termasuk saya dan 2 kawan saya juga. Datang untuk menemani orangtua si anak dan mengurus pemakaman si anak. Hiruk pikuk orang datang dan pergi. Tak hanya di rumah sakit, di rumah duka dan dipemakaman juga. Banyak wajah-wajah yang tak dikenal orangtua si anak. Tapi inilah salah satu indahnya bersaudara.

“Ini ujian dari Allah, teguranNya pada saya karena saya tidak pernah bersilaturrahim, saya tidak pernah bersilaturrahim. Allah menegur saya. Maafkan saya” berulangkali dalam tangis si bapak kalimat ini yang diucapkan pada setiap orang yang datang. Saya, dan mungkin orang lain juga, menduga-duga apa maksudnya.

Ternyata si bapak punya sejarah kecewa terhadap saudara-saudara dalam lingkaran pengajiannya karena menganggap saudara-saudaranya tidak peduli padanya, terutama disaat ia membutuhkan. Terlebih dalam moment pilkada di daerahnya. Banyak janji-janji kepada masyarakat yang menurutnya tak pernah ditepati. Kekecewaan yang membuat ia tak lagi mau ikut produktif dalam amal sholeh bersama. Ia hanya datang waktu pengajian dan setelah itu kembali sibuk dengan kerja duniawinya.

Hemm, inilah fakta sejarah kita, fakta sejarah yang hari itu saya temukan. Ada, bahkan mungkin banyak, saudara-saudara kita yang mengalami kekecewaan terhadap saudaranya yang lain dengan berbagai latar alasan kecewa dan kesalahan saudaranya. Dan itu nyata. Saya pun pernah mengalami ketika masih aktif dikampus. Bukan hanya kecewa tapi juga bersalah. Itu tabiat manusia, salah dan khilaf.

Suatu saat kita akan mengalami titik balik itu. Hari ini kita suka besok kecewa, hari ini benar besoknya salah, hari ini produktif esok sudah apatis. Saya hanya ingin kita berlapang dada dalam memaafkan dan meminta maaf. Berikan prasangka baik pada setiap orang, karena semua punya hak untuk memperbaiki kesalahan, berubah menjadi lebih baik.

Ini bukan untuk menghakimi yang satu dan membenarkan lainnya. Persoalan umat masih banyak yang harus diselesaikan. Mengapa kita justru terus berkutat dengan masa lalu. Kapan melangkah kedepannya? Persatuan adalah jawaban untuk menuntaskan perubahan. Menghusung perbaikan-perbaikan dan menghindari sebanyak mungkin kesalahan-kesalahan yang akan terbuat.

Saudara kita berhak untuk berubah menjadi lebih baik, maka dukunglah ia…

31 Oktober 2007

Semangat yang membara itu ternyata masih ada..

TA'LIMAT

BIDANG KADERISASI KAMMI PUSAT
NO: 002/TLM/KDR/ KAMMI/X/2007

TENTANG

PENGGUNAAN IT KADER KAMMI



Perkembangan Teknologi Informasi di era global pada dasarnya dinilai cukup positif karena bermanfaat dapat membantu memudahkan penyebaran Dakwah Islamiyah (nasyrul fikrah), membangun opini publik yang positif (positive image building), dan memperluas jaringan (network). Di samping itu, Teknologi Informasi juga dapat menjadi media hiburan yang bermanfaat. Namun demikian hal yang tak terhindarkan adalah pengaruh pada perubahan life style para aktivis dakwah. Lebih jauh dari itu, dampak teknologi informasi ini juga dapat merusak moral penggunanya.

Aktivis Dakwah merupakan salah satu pilar kebangkitan dakwah yang menjadi qudwah bagi ummatnya. Demikian pula kader KAMMI, merupakan generasi muda dakwah yang diharapkan menjadi elemen penting dalam proses akselerasi kemenangan Islam. Ketertundaan wujud nyata kemenangan Islam berkorelasi kuat dengan kontribusi dan style harian masing-masing individu aktivis pergerakannya. Atas dasar hal itu semua, Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat menta'limatkan kepada seluruh kader KAMMI untuk menta'ati hal-hal berikut ini:

1. Membatasi penyaksian siaran-siaran televisi hanya pada hal-hal yang dianggap positif dan dapat dipertanggungjawabk an secara individual sebagai aktivis pergerakan dan melarang pemilikan TV di kamar secara individual.
2. Membatasi penggunaan HP terutama dalam hal Ring-tone dan I-ring/NSP hanya pada nada-nada yang Islami. Dan membatasi penggunaan SMS dan photo/rekaman dalam hal-hal yang hanya dapat dipertanggungjawabk an diri kader di hadapan Allah semata.
3. Membatasi penggunaan internet dan fasilitas chatting pada hal-hal yang positif, bermoral, dan dapat dipertanggungjawabk an.
4. Membatasi content rekaman MP3 pada hal-hal yang Islami dan membangun moralitas spirit perjuangan Islam dan Indonesia.


Ta'limat ini tidak terkait dengan hukum syar'iyah halal dan haram atas pemanfaatan IT, namun lebih pada pilihan karakter gerakan. Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat berlepas diri dari berbagai dampak negatif yang terjadi. Segala pertanggungjawaban bersifat personal kader terhadap dirinya dan Allah SWT. Diharapkan dari ta'limat ini kader memiliki kesadaran selektif atas penggunaan harian Teknologi Informasi. Sebuah perubahan besar hanya akan menjadi angan-angan jika tidak diawali dari perubahan diri individunya.


Jakarta, 29 Oktober 2007
Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat

ttd

Rijalul Imam
Ketua


NB: Harap Ta'limat ini diedarkan kepada seluruh kader KAMMI.

26 Oktober 2007

SMS dari Solo

Baru saja saya menerima SMS dari mantan staf yang sekarang masih aktif berjuang mengelola organisasi kampus di Solo. SMS yang ternyata memang saat ini sedang saya butuhkan. Begini bunyi smsnya(setelah saya edit, karena banyak yang disingkat): "Tak ada kekuatan yang lebih kokoh melebihi semangat. Tak ada landasan yang lebih kekal melebihi keyakinan pada ALLAH. Tak ada keyakinan yang lebih baik melebihi niat suci hanya untuk Allah".

SMS ini datang disaat pikiran saya sedang sedikit terganggu oleh beberapa hal yang terjadi pada hari ini.

Ya, Allah...
Semoga apa yang saya dan semua orang yang berjuang dijalanMu lakukan, benar-benar Kau Ridhoi

Dan akhirnya pun saya tersadar: "barangsiapa yang menolong agamaNya, maka Allah akan menolongnya, mencukupi kehidupannya, dunia-akhirat".

NB: Untuk teman yang mengirimkan SMS diatas, terimakasih atas pengingatannya. Maafkan saya yang meninggalkan kalian disaat yang tidak tepat dan tanpa memberikan apapun pada kalian. Saya berdo'a semoga Allah SWT melekatkan "tekad" (AZZAM) itu pada hati kalian.

Sahabat


Perkenalkan, ini salah satu sahabat karib saya. Namanya Guntar, pendiam dan sabar.

Saat ini yang bisa saya deskripsikan cuma;
Guntar seorang pendiam dan sabar....

Sehingga saya malu, dan hanya disinilah saya berani, untuk mengungkapkan padanya bahwa saya sangat salut dengan dedikasinya dalam kerja. Meski dia sebenarnya mampu mencari pekerjaan yang lain, tapi dia tetap memilih untuk bekerja (lebih tepatnya, mengabdi) di kantor ini. Katanya, "ya, itung-itung nambah pahala. Ini bagian dari jihad saya"

25 Oktober 2007

Nasib Generasi Dari Pulau


Mereka ini anak-anak kecil yang tumbuh di pulau-pulau disekitar Batam. Ini hanya sebagian kecil yang saya ketahui, masih banyak pulau yang belum saya kunjungi. Anak-anak ini biasanya hanya akan sekolah sampai tingkat SMP, jarang yang tamatan SMA apalagi S1.

Problem kemiskinan telah membuat mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Disamping itu, minimnya perhatian pemerintah juga penyebab generasi-genersi pulau ini tak pernah pintar. Bagaimana kelak mereka akan menggantikan peran-peran generasi saat ini? Bagaimana kelak mereka akan memimpin bangsanya?

Salahkanlah diri kita karena membiarkan mereka dalam kebodohan dan kemiskinan... Kitalah yang salah...

Semoga Allah SWT menyadarkan kita semua...

Produktiflah Dimana Saja Kau Berada


Senantiasa berkaryalah yang terbaik dan jangan berkeluh kesah apalagi menyerah. Saya temukan kenapa orang selalu jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya lebih dikarenakan mereka memandang bahwa dalam rutinitas itu tak lagi ada hal baru yang bisa diciptakan, sering juga karena tidak ada sensitifitas terhadap keadaan.

Inilah yang membedakan aktivis dan bukan aktivis. Aktivis adalah orang-orang yang melihat bahwa hidup yang dijalaninya bukan semata untuk dirinya, ada orang-orang disekitarnya yang juga layak menikmati hidup. Sedangkan mereka yang tidak pernah jadi aktivis menilai tujuan-tujuan hidupnya hanya untuk mencapai cita-cita atau keinginan-keinginan pribadinya semata.

Sehingga ukuran produktifitas dapat diukur dari cara pandang tujuan hidup. Aktivis biasanya memiliki tingkat produktifitas yang lebih daripada bukan aktivis. Mereka yang biasa berorganisasi dikampus memiliki daya tahan mengahadapi masalah lebih kuat dan lebih kreatif dan cepat dalam solusi-solusi terhadap masalah yang dihadapinya dibanding mereka yang study oriented.

24 Oktober 2007

Beginilah Orang Pulau Menyambut Kami


17 September lalu saya mengikuti perjalanan reses anggota DPRD Kota Batam ke pulau Jaloh. Sebuah pulau yang berjarak satu jam perjalanan jika ditempuh menggunakan pompong (perahu kecil bermotor).

Disana, kehidupan khas melayu yang saya temukan. Sambutan yang hangat dan penuh penghormatan. Akan tetapi, di pulau tersebut sangat minim sarana penunjang kehidupan. bayangkan saja, pulau yang dihuni oleh sekitar 30an KK (sebagian hidup didaratan dan yang lain membuat rumah diatas laut yang terhubung dengan daratan)harus menghabiskan 13 juta/bulan hanya untuk bahan bakar penerangan karena mereka menggunakan generator bukan listrik PLN, tidak ada puskesmas, fasilitas sekolah minim, dan mereka hanya hidup sebagai nelayan tradisional. Satu yang membuat hati bahagia, mereka teguh dalam agama.

Selama ini yang terbayang tentang pulau Batam adalah kota industri yang kaya dan menjanjikan hidup, realitanya memang iya, memang menjanjikan bagi sebagian kecil orang, tapi masih banyak wilayah di Kota Batam yang justru mengalami kesenjangan. Mereka miskin, dan merekalah penduduk asli Batam, orang-orang pulau.

Di Jaloh yang hanya berjarak sekian menit dari Singapura dan Malaysia, saya rasa masyarakatnya lebih nasionalis daripada para politisi nasinal kita yang mengaku nasionalis. Tiap hari siaran radio atau televisi yang mereka tangkap justru berasal dari negara tetangga, maka wajar jika mereka lebih kenal Abdullah Badawi (PM Malaysia) daripada SBY-JK. Bahkan mungkin lebih cinta dan mengidolakan Siti Nurhaliza daripada Siti KDI. Tapi mereka bangga menjadi bagian dari Indonesia bukan Malaysia atau Singapura (dengan bagga mereka menunjukkan KTP Indonesia pada saya), meskipun hingga sekarang mereka tetap miskin dan terasing, bukan saja terasing secara geografis tapi juga dari perhatian pemerintah.

21 Oktober 2007

Salam Dari Batam

Bismillah..

Ini merupakan awal saya berjumpa dengan anda...

Saat ini telah lebih dari dua bulan saya berada di Batam dengan sejuta dinamika politik, sosial dan budaya yang melingkupinya... sungguh diluar duga saya, kalau saya harus tinggal di Batam untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, belum bisa diperkirakan..

Diawal, saya pindah dari Solo ke Batam hanya sekedar mengejar status dosen yang memang telah lama menjadi cita-cita saya. Untuk waktu 6 bulan dan kemudian kembali lagi ke Jawa, ke Solo. Akan tetapi untuk sementara mimpi itu (jadi dosen) harus terkubur kembali. Apa mau dikata... ternyata dinamika soial-politik Batam mengantarkan saya pada status baru, status yang saat ini saya sandang.

Bismillah... semoga dapat saya lalui dengan baik...

NB: Batam memang penuh kenangan, sampai-sampai harus diprasastikan dalam sebuah judul nasyid oleh Suara Persaudaraan : BATAM DALAM KENANGAN