27 Desember 2008

Satu Kisah Dalam Satu tahun

Hari ini genap setahun sudah perjalanan mereka. Diawali dari 10 orang yang kini telah bertambah 80an orang. Dimulai dari ruang kecil di seputaran kampus mereka, setapak demi setapak langkah mereka mengubah iklim mahasiswa di Batam, dari hedonis-pragmatis menjadi aktif-progresif.

Setahun adalah waktu singkat bagi mereka untuk belajar. Banyak kekurangan dan kelemahan. Dari titik nol mereka mulai menapak, sempat bingung, bimbang, merasa putus asa, tak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki, ragu pada tujuan yang akan dicapai, tapi toh mereka telah memberikan yang terbaik, mereka telah melakukan apa yang mereka bisa.

Dulu, pada awal-awal saya membersamai mereka, nada-nada protes mereka sempat membuat saya kelabakan. Sering saya harus berpikir keras membujuk mereka, menguatkan dan meluruskan kembali niat mereka. Bahkan diantara mereka ada yang berkali-kali mengajukan pengunduran diri secara lisan, tulisan maupun sms, meskipun pada akhirnya selalu urung keinginan itu. Mereka anak-anak lugu yang sekarang menjadi cerdas,menjadi dewasa.

Setahun perjalanan yang mereka lalui adalah fase awal bagi mereka merenda kedewasaan, merajut kebersamaan dan mencipta prestasi masa depan. Saya mulai membayangkan setiap mereka kelak menjadi pemimpin. Selalu berteriak lantang melawan pembodohan dan ketidakjujuran. Saya membayangkan mereka kelak menggantikan orang-orang masa kini, selalu tegar menghadapi cobaan, bahkan merasa tertantang pada setiap ujian.

Saya mulai membayangkan, satu demi satu tunas-tunas baru akan tumbuh dari didikan mereka. Saya mulai membayangkan dan berharap menjadi kenyataan, bahwa setiap ujian yang mereka akan hadapi kelak, akan mereka jawab, "Sesungguhnya Allah bersama kita, jangan bersedih, dan jangan takut (menghadapi)".

Saya hanya mampu berharap pada apa yang saya bayangkan, menjadi kenyataan. Met Milad pertama bagi kalian....para pejuang kebaikan. Allah SWT bersama kalian.

18 Desember 2008

aksi, demonstrasi...


Hari-hari ini dihampir semua media, demonstrasi kembali semarak menghias. Dari buruh, korban lapindo, hingga mahasiswa yang menuntut penolakan UU Badan Hukum Pendidikan. Seakan merupakan puncak dari emosi yang terpendam sepanjang tahun 2008 ini. Akhir tahun, penuh kejutan.

Saat ini emosi-emosi itu memang layak memuncak. Resesi Global yang mencekik nasib, kebijakan-kebijakan pemerintah yang lips service mengejar popularitas untuk suksesi 2009, dan perbaikan hidup yang semakin tak jelas adalah bagian dari alasan emosi-emosi itu tumbuh.

Maka bagi kalian para demonstran, tetaplah semangat untuk turun ke jalan. Tetaplah suarakan meskipun SBY melarang menggunakan pengeras suara.

Saya jadi ingin seperti kalian. Ingat pada masa-masa lalu...demo adalah hobi.

17 Desember 2008

Keberanian Itu....


inilah sepotong gambar ketika bersama rombongan wakil walikota batam dan istrinya (yang sedang hamil, usia kandungannya sama dengan istri saya, saat itu 5 bulan) berkunjung ke salah satu pulau di batam. Asyik memang, meskipun pada awalnya saya kurang bersemangat karena semestinya saya ada agenda lain. tapi mau bagaimana lagi? malam sebelum berangkat saya di telepon sama salah satu ajudan beliau, katanya saya diminta ikut untuk melihat kondisi pulau-pulau di batam. Dan tentunya sebagaimana biasanya, beliau meminta saya mencermati pola kehidupan masyarakat pulau.

Hal ini sering beliau ungkapkan. Keinginan-keinginan agar pembangunan di batam tidak hanya berpusat pada mainland (pulau Batam), tapi juga pada masyarakat hinterland (pinggiran, yang berada di pulau-pulau kecil sekitar mainland). Tak jarang ketika bertemu, meskipun seringnya pertemuan kami karena faktor ketidaksengajaan karena untuk menjadwalkan agenda dengan beliau amat susah, beliau mendahului dengan pertanyaan yang hampir sama,"apa ide kamu selanjutnya?", nah kalau sudah seperti ini biasanya otak saya susah diajak kompromi, tiba-tiba saja lontaran-lontaran spontan yang keluar. Saya sendiri kadang tidak tahu apakah memang itu yang beliau inginkan atau bukan, yang penting bagi saya, semua itu terungkapkan. Lelah saya menyimpan uneg-uneg itu terlalu lama dalam otak, bisa pecah nantinya. Dan yang uniknya, beliau tanggapi semua yang saya lontarkan dengan penuh antusias.

Tapi begitulah beliau. Sosok wakil walikota yang satu ini memang aneh dan sederhana. Contohnya beberapa hari lalu, saat Batam di serbu demo buruh. Ada ribuan buruh demo di depan kantor walikota. Mereka menuntut kenaikan upah ke pemerintah kota. Bahkan akhirnya ricuh karena walikota tidak kunjung menerima buruh. Bentroklah antara buruh dan aparat. Nah saat itu beliau sedang hadir mewakili walikota dalam rapat paripurna di DPRD Kota Batam yang kantornya memang berhadap-hadapan dengan kantor walikota. Maka keluarlah beliau dari gedung DPRD dan berlari tanpa pengawalan ke tengah-tengah massa yang bentrok. Massa pun luluh. Kemudian dia pun mengambil alih hingga akhirnya massa bubar dengan ditutup oleh doa yang dipimpinnya (liat aja di sini)

Semoga saja makin banyak pemimpin rakyat yang seperti beliau....

05 Desember 2008

Edisi: kemarahan karena sapi

Beberapa hari lalu, dalam suatu perjalanan, di pagi hari. Tiba-tiba mertua mencak-mencak, bukan pada saya, dia marah karena ada sebuah hypermarket di batam yang menjual sapi hidup untuk qurban. "Enak betul, kalau semua supermarket bebas menjual apa saja, bisa-bisa pedagang kecil gulung tikar. Nggak bisa dibiarin..." ujarnya dengan berapi-api. Sedetik setelah itu diraihnya HP dari kantong saku depannya. Sambil tetap nyetir, dia telepon seseorang yang saya kira sepertinya seorang pejabat pemerintah. "Bapak harus tegur tuh supermarketnya, kalau seperti ini pedagang kecil akan usaha apa lagi, bisa mati tuh... Buatlah aturan yang tegas, jangan macem gitulah mereka tuh, maen seenaknya saja. Kasihan kan pedagang kecil" Nadanya sedikit marah.

Disiang harinya, kekesalannya terhadap hypermarket itu ternyata masih ada. Di depan Wakil Presiden yang saat itu hadir dalam pertemuan dengan pengusaha di Batam, dia lontarkan semua. Padahal saat itu semua pengusaha yang hadir sedang berbicara mengenai peluang bisnis mereka. Dia justru menanyakan komitmen pemerintah terhadap pembangunan ekonomi bagi UKM. Salah seorang pengusaha real estate yang berada disamping saya membisikkan ke telinga saya, "Pak Andi Bolla ini dimanapun selalu ngomongin UKM, nggak capek-capeknya dia...", saya hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda respon apa yang dibisikkan.

Mungkin banyak juga orang yang mengeluhkan betapa menjamurnya mall dan supermarket sedikit banyak telah menggusur pasar tradisional dan usaha-usaha kecil lainnya. Dulu saat saya masih di kampus, seorang kawan bernama Sukmono Adi, ketua KAMMI DAERAH SOLO saat itu, bahkan mencanangkan gerakan stop pembangunan Mall di Solo dan gerakan itu kemudian banyak direspon masyarakat bahkan akhirnya PEMKOT SOLO (di bawah Joko Widodo) berjanji tidak akan mengeluarkan ijin pendirian Mall. Ini karena sebenarnya kehadiran Mall atau supermarket tidak menambah kesejahteraan masyarakat kecil. Karena pusaran pendapatan hanya akan berputar pada para pemodal-pemodal besar saja. Bahkan teramat jarang industri kecil atau rumahan bisa masuk Mall atau supermarket.

Jika nantinya semua usaha yang biasa dilakukan masyarakat kecil diambil alih Mall atau supermarket, maka dengan apa masyarakat kecil akan mencari makan?