20 November 2007

Kapan kawin?

Sebelumnya saya perlu mengucapkan selamat atas pernikahan Akh Hartoyo, SH dengan dr. Dinar. Saya minta maaf tidak bisa hadir di walimahan antum meskipun banyak SMS dari kawan-kawan yang mengajak saya untuk datang. Maaf, terbentur biaya pesawat PP dari Batam-Jogja-Batam.

Dari sekian SMS yang masuk, ada juga yang mempertanyakan kapan saya menikah? Kan, mbah-nya Fakultas Hukum (maksudnya, akh toyox) sudah menikah. Berarti junior-juniornya sudah bebas (merdeka) untuk segera menggenapkan dien, kata mereka.

Harus saya jelaskan, keinginan menikah itu ada (kan, sunnah Rasul). Yang jadi masalah hanya menentukan orang dan saat yang tepat. Seorang ustadz (teman diskusi pekanan saya) menyarankan saya untuk menculik dari jawa. Argumentnya, di Batam dibutuhkan tenaga yang fresh dan mau bekerja untuk dakwah. Pilihannya pokoknya bukan tipe pekerja, di Batam sudah banyak (Nah lho.. Ini bukan sebuah pendiskreditan bagi yang tidak masuk dalam rekomendasi). Teman yang lain menyarankan saya memilih dokter (seperti akh toyox) agar saya yang sering sakit-sakitan ada yang merawat (emang tugas istri cuma merawat suami yang sakit?). Ada pula kawan yang meminta saya untuk menikah dengan sesama lulusan hukum (maksudnya UNS) karena sepanjang sejarah di FH UNS, akhwatnya selalu mendapatkan giliran menikah paling lambat (bukankah biar lambat asal dapat suami yang hebat? Toh, Allah lah yang mengatur perjodohan itu). Saya tidak mau dipusingkan dengan usulan-usulan itu.

Bagi saya biarkan waktu yang menjawab semuanya. Siapapun dia yang menjadi teman sejati saya paling tidak merupakan orang yang se-visi. Tahu ke arah mana biduk ini akan dibawa. Siap dengan tantangan.

Dan bagi saya, toh pada akhirnya jodoh itu akan tiba juga jika Allah Mengijinkan. Tidak perlu dipaksakan.

NB (Narasi Banyolan): Dicari, pasangan sejati saya. Dimanapun berada. Ciri-ciri: mirip dengan ibu-bapaknya. Bagi yang menemukan bisa kontak melalui jalurnya, hehehe...

Tidak ada komentar: