27 Desember 2008

Satu Kisah Dalam Satu tahun

Hari ini genap setahun sudah perjalanan mereka. Diawali dari 10 orang yang kini telah bertambah 80an orang. Dimulai dari ruang kecil di seputaran kampus mereka, setapak demi setapak langkah mereka mengubah iklim mahasiswa di Batam, dari hedonis-pragmatis menjadi aktif-progresif.

Setahun adalah waktu singkat bagi mereka untuk belajar. Banyak kekurangan dan kelemahan. Dari titik nol mereka mulai menapak, sempat bingung, bimbang, merasa putus asa, tak yakin dengan kemampuan yang mereka miliki, ragu pada tujuan yang akan dicapai, tapi toh mereka telah memberikan yang terbaik, mereka telah melakukan apa yang mereka bisa.

Dulu, pada awal-awal saya membersamai mereka, nada-nada protes mereka sempat membuat saya kelabakan. Sering saya harus berpikir keras membujuk mereka, menguatkan dan meluruskan kembali niat mereka. Bahkan diantara mereka ada yang berkali-kali mengajukan pengunduran diri secara lisan, tulisan maupun sms, meskipun pada akhirnya selalu urung keinginan itu. Mereka anak-anak lugu yang sekarang menjadi cerdas,menjadi dewasa.

Setahun perjalanan yang mereka lalui adalah fase awal bagi mereka merenda kedewasaan, merajut kebersamaan dan mencipta prestasi masa depan. Saya mulai membayangkan setiap mereka kelak menjadi pemimpin. Selalu berteriak lantang melawan pembodohan dan ketidakjujuran. Saya membayangkan mereka kelak menggantikan orang-orang masa kini, selalu tegar menghadapi cobaan, bahkan merasa tertantang pada setiap ujian.

Saya mulai membayangkan, satu demi satu tunas-tunas baru akan tumbuh dari didikan mereka. Saya mulai membayangkan dan berharap menjadi kenyataan, bahwa setiap ujian yang mereka akan hadapi kelak, akan mereka jawab, "Sesungguhnya Allah bersama kita, jangan bersedih, dan jangan takut (menghadapi)".

Saya hanya mampu berharap pada apa yang saya bayangkan, menjadi kenyataan. Met Milad pertama bagi kalian....para pejuang kebaikan. Allah SWT bersama kalian.

18 Desember 2008

aksi, demonstrasi...


Hari-hari ini dihampir semua media, demonstrasi kembali semarak menghias. Dari buruh, korban lapindo, hingga mahasiswa yang menuntut penolakan UU Badan Hukum Pendidikan. Seakan merupakan puncak dari emosi yang terpendam sepanjang tahun 2008 ini. Akhir tahun, penuh kejutan.

Saat ini emosi-emosi itu memang layak memuncak. Resesi Global yang mencekik nasib, kebijakan-kebijakan pemerintah yang lips service mengejar popularitas untuk suksesi 2009, dan perbaikan hidup yang semakin tak jelas adalah bagian dari alasan emosi-emosi itu tumbuh.

Maka bagi kalian para demonstran, tetaplah semangat untuk turun ke jalan. Tetaplah suarakan meskipun SBY melarang menggunakan pengeras suara.

Saya jadi ingin seperti kalian. Ingat pada masa-masa lalu...demo adalah hobi.

17 Desember 2008

Keberanian Itu....


inilah sepotong gambar ketika bersama rombongan wakil walikota batam dan istrinya (yang sedang hamil, usia kandungannya sama dengan istri saya, saat itu 5 bulan) berkunjung ke salah satu pulau di batam. Asyik memang, meskipun pada awalnya saya kurang bersemangat karena semestinya saya ada agenda lain. tapi mau bagaimana lagi? malam sebelum berangkat saya di telepon sama salah satu ajudan beliau, katanya saya diminta ikut untuk melihat kondisi pulau-pulau di batam. Dan tentunya sebagaimana biasanya, beliau meminta saya mencermati pola kehidupan masyarakat pulau.

Hal ini sering beliau ungkapkan. Keinginan-keinginan agar pembangunan di batam tidak hanya berpusat pada mainland (pulau Batam), tapi juga pada masyarakat hinterland (pinggiran, yang berada di pulau-pulau kecil sekitar mainland). Tak jarang ketika bertemu, meskipun seringnya pertemuan kami karena faktor ketidaksengajaan karena untuk menjadwalkan agenda dengan beliau amat susah, beliau mendahului dengan pertanyaan yang hampir sama,"apa ide kamu selanjutnya?", nah kalau sudah seperti ini biasanya otak saya susah diajak kompromi, tiba-tiba saja lontaran-lontaran spontan yang keluar. Saya sendiri kadang tidak tahu apakah memang itu yang beliau inginkan atau bukan, yang penting bagi saya, semua itu terungkapkan. Lelah saya menyimpan uneg-uneg itu terlalu lama dalam otak, bisa pecah nantinya. Dan yang uniknya, beliau tanggapi semua yang saya lontarkan dengan penuh antusias.

Tapi begitulah beliau. Sosok wakil walikota yang satu ini memang aneh dan sederhana. Contohnya beberapa hari lalu, saat Batam di serbu demo buruh. Ada ribuan buruh demo di depan kantor walikota. Mereka menuntut kenaikan upah ke pemerintah kota. Bahkan akhirnya ricuh karena walikota tidak kunjung menerima buruh. Bentroklah antara buruh dan aparat. Nah saat itu beliau sedang hadir mewakili walikota dalam rapat paripurna di DPRD Kota Batam yang kantornya memang berhadap-hadapan dengan kantor walikota. Maka keluarlah beliau dari gedung DPRD dan berlari tanpa pengawalan ke tengah-tengah massa yang bentrok. Massa pun luluh. Kemudian dia pun mengambil alih hingga akhirnya massa bubar dengan ditutup oleh doa yang dipimpinnya (liat aja di sini)

Semoga saja makin banyak pemimpin rakyat yang seperti beliau....

05 Desember 2008

Edisi: kemarahan karena sapi

Beberapa hari lalu, dalam suatu perjalanan, di pagi hari. Tiba-tiba mertua mencak-mencak, bukan pada saya, dia marah karena ada sebuah hypermarket di batam yang menjual sapi hidup untuk qurban. "Enak betul, kalau semua supermarket bebas menjual apa saja, bisa-bisa pedagang kecil gulung tikar. Nggak bisa dibiarin..." ujarnya dengan berapi-api. Sedetik setelah itu diraihnya HP dari kantong saku depannya. Sambil tetap nyetir, dia telepon seseorang yang saya kira sepertinya seorang pejabat pemerintah. "Bapak harus tegur tuh supermarketnya, kalau seperti ini pedagang kecil akan usaha apa lagi, bisa mati tuh... Buatlah aturan yang tegas, jangan macem gitulah mereka tuh, maen seenaknya saja. Kasihan kan pedagang kecil" Nadanya sedikit marah.

Disiang harinya, kekesalannya terhadap hypermarket itu ternyata masih ada. Di depan Wakil Presiden yang saat itu hadir dalam pertemuan dengan pengusaha di Batam, dia lontarkan semua. Padahal saat itu semua pengusaha yang hadir sedang berbicara mengenai peluang bisnis mereka. Dia justru menanyakan komitmen pemerintah terhadap pembangunan ekonomi bagi UKM. Salah seorang pengusaha real estate yang berada disamping saya membisikkan ke telinga saya, "Pak Andi Bolla ini dimanapun selalu ngomongin UKM, nggak capek-capeknya dia...", saya hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda respon apa yang dibisikkan.

Mungkin banyak juga orang yang mengeluhkan betapa menjamurnya mall dan supermarket sedikit banyak telah menggusur pasar tradisional dan usaha-usaha kecil lainnya. Dulu saat saya masih di kampus, seorang kawan bernama Sukmono Adi, ketua KAMMI DAERAH SOLO saat itu, bahkan mencanangkan gerakan stop pembangunan Mall di Solo dan gerakan itu kemudian banyak direspon masyarakat bahkan akhirnya PEMKOT SOLO (di bawah Joko Widodo) berjanji tidak akan mengeluarkan ijin pendirian Mall. Ini karena sebenarnya kehadiran Mall atau supermarket tidak menambah kesejahteraan masyarakat kecil. Karena pusaran pendapatan hanya akan berputar pada para pemodal-pemodal besar saja. Bahkan teramat jarang industri kecil atau rumahan bisa masuk Mall atau supermarket.

Jika nantinya semua usaha yang biasa dilakukan masyarakat kecil diambil alih Mall atau supermarket, maka dengan apa masyarakat kecil akan mencari makan?

27 November 2008

untuk kawan-kawan seperjuangan

Beberapa hari ini saya buka-buka blog adek-adek pejuang kampus UNS. Mereka ini adalah orang-orang lugu yang menjadi jenius-progresif. Dulu saat saya kenal mereka, saat mereka pertama kali menginjakkan kaki di gedung tua yang bernama Porsima, yang terbayang di otak saya (atau mungkin kami, para penghuni gedung ini), "ini anak-anak lugu yang bisa diperdaya! Dijebak menjadi penghuni berikutnya digedung ini". Dan benarlah kenyataan itu. dua tahun setelah pertemuan pertama, mereka menjadi aktivis-aktivis tangguh. Dan kini saya pun berharap mereka tetap tangguh.

Namun ada sedikit gelisah, saya sangat khawatir, ketangguhan yang tercipta itu lahir karena mereka masih berada di kampus, masih menikmati romantika gerakan tanpa cela. Masih bersama dan berkitar dengan orang-orang baik. Bertahan karena banyak yang menginspirasi dan mengajak bertahan.

Bahkan ketika saya mendengar ada kawan-kawan se angkatan atau lebih tua usia kampusnya yang enggan berpisah dari kampus atau Solo, saya semakin khawatir, apakah doktrin dan dogma yang diajarkan tak mampu membuat mereka yakin untuk mengenal, bertarung dan bertahan di dunia luar? atau bahkan mereka merasa bahwa sinyal-sinyal perjuangan hanya ada diseputar kampus?!

Maka, beranilah kalian untuk keluar dari kungkungan dunia kampus jika kalian memang orang-orang yang berani. Di luar sana banyak yang bisa kalian kerjakan, di luar sana banyak yang membutuhkan ide dan tangan kalian. Ayo, keluar...jangan berputar-putar di kolam yang terlalu sesak itu.

22 November 2008

Apa Beda Siang dan Malam?

melalui saudariku ini saya menemukan blog ini yang secara judul saja membuat penasaran. Pemilik blog ini adalah guru bagi kami maupun aktivis di kampus UNS. Orang yang sangat cerdas dan ceplas-ceplos, apa adanya. Juga sangat sederhana dalam hidupnya.

Judul postingan ini pun mengambil judul blog beliau. Dan secara refleks saya membutuhkan beberapa saat untuk merenung dan mencoba mengurai apa perbedaan antara siang dan malam? dan saya pun kembali teringat ungkapan beliau saat dulu di kampus, bahwa siang dan malam hanya masalah ada dan tidak ada matahari, sedang tugas dan tanggungjawab kita tetap sama dan selalu ada.

Semoga saya maupun anda pembaca blog yang mengenal beliau senantiasa dikaruniai semangat seperti beliau.

04 November 2008

Menyapa...

Apa kabar kawan?
Terlalu lama saya tak menulis di blog ini. Kali ini bukan karena sibuk, saya tidak menemukan moment dan bahan yang tepat untuk dituliskan di blog ini. Karena seluruh otak saya saat ini hanya berkutat dengan problem dunia nyata, sehingga setiap mau menulis di blog, ada saja gangguan (tugas) yang harus saya kerjakan, so...beginilah blog saya, sepi tulisan baru khan?!

Tapi akan saya coba untuk mulai aktif menulis kembali, menceritakan peristiwa-peristiwa yang bagi saya sangat menarik. Akan saya tuliskan untuk anda.

Nah, karena otak saya saat ini masih dipenuhi problem dunia nyata, jadi cukup sekian dulu...ntar kita sambung lagi..

wassalam.

25 September 2008

sayangku pada istri

Sengaja saya tulis di blog ini bahwa sesungguhnya saya sangat mencintai istri saya. Titik

03 September 2008

Sikap Cerdas Dalam Komunitas

Ini sebuah jawaban atas gelisah orang-orang yang saya kenal. Adik-adik yang saat ini berkutat dengan sikap cerdasnya. Saya tuliskan dalam bentuk posting agar berguna pula bagi yang lain yang menghadapi kegelisahan serupa. semoga Bermanfaat.

salah satu kelebihan yang kami (senior angkatan diatas kalian) miliki adalah kami pernah berada pada usia dan masa seperti kalian. Kami pernah dan (mungkin) sering mengalami seperti yang kalian alami.

Merasa tersisih dan tidak dipahami oleh komunitas. Itu biasa, karena orang2 secerdas kalian memang tercipta untuk cerdas dan kritis, kalianlah bagian dari penyeimbang. Tapi...sepanjang saya dan mungkin kawan-kawan saya dulu hadapi, masalah seperti ini membutuhkan ketenangan berpikir dan ketsiqohan pada ketentuan yang sudah diputuskan oleh komunitas. Pernahkah rasulullah marah ketika dalam perdebatan apa yang dipilih dalam perang uhud, bertahan di madinah atau maju menyongsong musuh, yang kemudian menimbulkan kekalahan fisik di perang tersebut? apa sikap rasulullah? Dia menerima, meskipun secara posisi dia lebih tinggi, lebih cerdas dan dia wakil Allah SWT. Beliau, dengan segenap kerendahan hatinya, bersedia mengikuti keputusan itu.

Bahkan, kekalahan perang uhud justru menjadi pembangkit di kemenangan-kemenangan berikutnya. Perang uhud akhirnya menjadi warning atas kebanggan kemenangan di Badar. Menjadi semacam pesan bahwa kemenangan bukan hanya peran kuantitas dan kualitas manusia. Ada peran dari Sang Pencipta Peran. Dan yakinilah bahwa setiap keputusan akan memberikan pembelajaran bagi semua yang berada dalam pusaran keputusan itu. Contoh mudahnya, seorang anak kecil tak akan pernah tahu kalau api itu panas tanpa dia merasakan panas tersebut, atau tak akan pernah tahu rasanya kalau jatuh itu sakit tanpa ia pernah jatuh. Keputusan itu membutuhkan pengalaman meskipun kita telah menggambarkan akibatnya. Ini bagian dari pendewasaan.

Cobalah baca siroh...masih ingatkah kisah tentang penunjukan Utsamah bin Zaid di usianya yang baru 17 tahun untuk menjadi panglima perang? padahal diantara pasukan itu berderet tokoh-tokoh senior seperti Abu Bakar, Umar Bin Khottob, Ali Bin Abi Tholib yang lebih dewasa dan berpengalaman. Dalam membangun komunitas ini yang diperlukan bukan sekedar ketokohan dan kejeniusan personal. Komuitas ini dibangun berdasar peran tim, tiap orang adalah bagian yang tak terpisahkan dari setiap keberhasilan.

Pasti, dalam setiap keputusan ada sisi kelebihan dan tidak menutup terselip juga bagian-bagian kelemahan yang mungkin jauh lebih besar dari keputusan itu. tapi keputusan itu harus tetap diterima dan dijalankan. Ini bagian dari keikhlasan dan totalitas kita bersama komunitas. dan jika ada pernyataan: Ini taklid buta, ini menjerumuskan! Maka jawabnya: akan menjadi taklid buta dan menjerumuskan jika kalian yang mengetahui sisi-sisi kelemahan itu tapi diam dan tidak mengambil peran menutupinya. Apalagi sampai membangun kerumunan sendiri. Mari belajar bertanggungjawab! Wallahu a'lam.

25 Agustus 2008

Menuju Ramadhan; "SIAP...!!!"

Ini sebentar lagi puasa. Bukankah moment yang tepat jika sekarang saling memaafkan, agar dalam memasuki ramadhan tak lagi ada prasangka-prasangka di hati. Plong... Maka perkenankan saya meminta maaf jika ada salah pada anda.

14 Agustus 2008

Pemiluwan ato Pemiluwati?

Istri saya akhir-akhir ini sangat sensitif perasaannya. Beberapa kali saya harus berjuang amat keras membujuknya jika dia cemberut. Kadang dia tiba-tiba saja berurai airmata tanpa alasan yang jelas, ato kadang masalah yang biasanya sepele sekarang menjadi sangat luar biasa besarnya. Seperti akhir-akhir ini, saat saya lagi disibukkan dengan tugas-tugas yang membuat saya harus pulang larut tiap malam, eh...dia malah meminta saya untuk antar jemput. Lha, padahal dia praktek di dua klinik. Jam 8 pagi nganter ke klinik A, saya lanjut ke kantor, trus jam 2 siang jemput dan antar pulang, saya balik lagi ke kantor, trus sore jam 5 jemput dia di rumah dan antar ke klinik B, saya balik lagi ke kantor, dan jam 9 malam jemput pulang. Wuih...sayanya nih yang kerepotan. Jarak kantor dengan rumah itu rata-rata 15-20 menit (dengan kecepatan 80-100km/jam). Akhirnya ini berlangsung kurang dari seminggu. Saya menyerah, bukan karena saya tak sayang padanya, saya mencoba mengefisienkan waktu yang saya miliki. Karena selama saya antar jemput, ada beberapa agenda yang sempat tidak efektif dan sempurna.

Tapi ngambeknya masih berlanjut. Sensitifnya tetep tinggi. Dan saya pun mencoba memahami, memang benar kalau orang yang sedang hamil akan mengalami perubahan emosional yang drastis. Istri saya memang sudah sebulan ini hamil. Dan siklus kehidupan rumah tangga kami pun berubah. Semakin cerah dengan binar-binar syukur pada Allah SWT dalam masa penantian 9 bulan.

Ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan pada anda para pengunjung blog ini, tentunya jika anda punya teman atau kenalan seorang dokter, apakah memang jika ada dokter yang hamil itu se heboh istri saya? berhari-hari ini dia lahap buku kedokteraan (yang dulunya bersemayam manis dalam lemari) yang mengupas perihal kehamilan. Dibelinya beberapa suplemen, susu penguat kandungan, perbanyak makan buah dan sayur. Pokoknya heboh abiz, padahal sepertinya dulu emak (ibu) saya tidak seperti itu.

Namun, saya catat satu hal yang ini memang tak ada kaitannya dengan status ke-dokter-an istri saya. Dia (istri saya) tetap saja seorang perempuan, seorang istri. Yang tentunya bagi seorang istri, mengandung merupakan anugerah yang dinanti. Anak adalah investasi masa depan yang kelak dapat mengantarkan orang tua menuju surga. Makanya saya jadi paham mengapa dia sangat menjaga calon bayi kami. Jadi sangat aneh di masa-masa sekarang, betapa banyak ibu yang tak menghendaki kelahiran anaknya. Dibuang, digugurkan, atau sengaja ditelantarkan.

Kalau istri saya disibukkan menjaga calon bayi kami, saya mulai juga dibingungkan dengan nama yang kelak kami berikan. Apa perlu kami memberi nama Pemiluwan atau Pemiluwati? karena perkiraan kami, anak kami, jika lancar, akan lahir setelah heboh pesta demokrasi April 2009 mendatang. Anda punya usul nama?

26 Juli 2008

obrolan (mix)

Bulan ini awal mulai kampanye pemilu 2009. Ribet banget. Aturan-aturan dari KPU yang telat, sering berubah-ubah menunjukkan bahwa KPU Pusat tidak memiliki keseriusan menjalankan tugasnya. Ini tak berlebihan, karena sepertinya anggota-anggota KPU Pusat sebagian tak memiliki kompetensi dalam menyelenggarakan pemilu. Atau karena terlalu seringnya mereka kunjungan-kunjungan tak berkesudahan?

Terlepas dari itu semua, kawan-kawan saya di kantor ini lebih sibuk daripada biasanya. Semakin banyak orang yang berlama-lama di kantor, rapat, bahkan semakin banyak pula yang muter-muter nggak karuan. Pokoknya sibuknya supersibukbangetdeh... Ini merupakan bagian dari apa yang kawan-kawan saya yakini bahwa semua ini bagian dari kesungguhan memberikan diri dan hidupnya untuk kemuliaan di akhirat sana. Semua jadi sibuk.

Fenomena menuju pemilu 2009 yang lebih seru lagi adalah beramai-ramainya orang men-caleg-kan diri atau di-caleg-kan. Semalam saya berbincang dengan mertua mengenai hal ini. Maklum, mertua saya memang berbeda partai. Kata mertua, "lebih baik orang yang menjadi caleg itu yang sudah mapan sehingga akan sedikit melakukan penyimpangan". Nah lho...emang orang-orang yang sudah mapan secara ekonomi dijamin tak akan melakukan korupsi? Buktinya, justru saat ini para koruptor itu semuanya orang-orang yang banyak duitnya! Saya balas, "Tidak harus seperti itu juga, yang penting moralnya bagus, profesional, dan partainya melakukan kontrol secara ketat saya pikir anggota dewan itu tak akan korupsi"
"Ah...sama saja...PKS juga gitu...mana ada orang yang tahan dengan godaan duit. Tuh yang sekarang jadi wakil ketua DPRD, dia kayak sekarang kan karena dia duduk di DPRD"
"Wah justru beliau sebenarnya rugi kalau dihitung secara materi. Sebelum jadi anggota Dewan, tiap bulan gajinya melebihi gajinya sekarang. Itu hasil jerih payahnya sebelum jadi anggota dewan...bahkan di PKS gajinya juga dipotong sekitar 60%"
"Duh, miskin dong?"
"Itulah PKS, jadi anggota dewan adalah tugas bukan keinginan pribadi. Dan ini bukti keseriusan PKS, kita punya Platform yang setebal ini (sembari menunjukkan buku Platform PKS)"
"Ya lah...ntar kalo papa liat partai papa ini nggak beres, papa pindah ke PKS ajalah..."
"Kenapa nggak sekarang, pa?"
Dan kami pun saling berpandangan disertai senyum-senyum simpul.

Lain lagi cerita saya ketika akan berangkat mukhoyyam (kemping) selama 3 hari. Mertua juga menanyakan ngapain saya harus berangkat, kurang kerjaan, katanya. Tapi dia juga salut. "Lha disuruh berangkat kemping yang nantinya disiksa-siksa panitia aja berangkat, apalagi hanya sekedar ke TPS waktu pemilu yang cuma disuruh nyoblos. Pantesan PKS menang. Kadernya militan, nggak ada tuh dipartai yang lain" katanya.

Itulah sekelumit dialog saya dengan mertua yang tentunya penuh kecanggungan karena kami berbeda partai. Mertua saya ini petualang partai. Di pemilu kemarin merupakan pengurus yang militan di partai berlambang matahari, dan sekarang pindah ke partai yang digagas oleh mantan jenderal yang berlambang kepala burung garuda.

Seperti itu juga bisa terjadi pada anda atau siapapun juga. Perbedaan partai pilihan di dalam keluarga. sah-sah saja untuk berbeda. Namun alangkah baiknya jika perbedaan itu bisa diselesaikan agar keluarga itu memiliki arah gerak (ideologi) yang sama sehingga ketika datang ke TPS bisa bareng-bareng tanpa rasa grundel di dalam hati. Terlebih bagi para aktivis tarbiyah. Perbedaan politik dengan keluarga dapat mengakibatkan permusuhan. Saya punya kawan yang orang tuanya pendukung fanatik partai penguasa di jaman orde baru, begitu tahu kalau sang anak ikut partai berlambang bulan sabit kembar mengapit sebatang padi, langsung mencak-mencak. Si anak bahkan diancam untuk tidak keluar rumah, tidak boleh kuliah, dan bergaul dengan kami. Heboh bukan?!

Semua ini bisa terjadi karena orang tua tidak memahami pilihan anaknya. Ada beberapa catatan yang saya buat untuk masing-masing (orang tua dan anak)

Untuk orang tua:
Pahamilah bahwa pilihan anak kadang lebih baik dari anda sebagai orang tua. Latar pendidikan yang tinggi dan arus informasi yang terbuka luas telah menjadi bagian terpenting faktor objektifitas pilihan mereka. Akui sajalah, bahwa kecerdasan anak-anak anda telah melebihi kecerdasan anda. Mereka kadang suka protes sebagai wujud ketidakterimaan mereka terhadap doktrin-doktrin yang anda tanamkan. Bukankah itu baik jika berkaitan dengan sesuatu yang positif? Dan terakhir, cobalah lihat setiap pilihan politik mereka secara objektif. Anda mungkin lebih banyak punya pengalaman, tapi mereka lebih tahu dunia sekarang.

Untuk anak:
Sebaiknya jika kalian berbicara dengan orang tua maka jangan terlalu menggurui, bernada tinggi, apalagi sampai beradu fisik. Jika memang tidak sepakat dengan orang tua, maka jangan hanya membantah dengan kata-kata tapi wujudkan dalam sebuah prestasi. Toh sebenarnya orang tua selalu menginginkan yang baik dan terbaik bagi kalian. Terlebih jika itu menyangkut pilihan partai politik. Tunjukkan bahwa partai pilihan kalian itu memang baik dan berisi rang-orang baik. Bukan partai geblek yang dipenuhi orang-orang culas seperti srigala berbulu domba. Hari ini bilang sebagai partainya wong cilik, begitu jadi anggota dewan maka berubah jadi partai wong licik. Dan terakhir, pilihlah partai itu berdasarkan data-data, misalnya: apakah anggota dewan dari partai itu ada yang melakukan korupsi? atau data-data lainnya. Itu untuk menunjang keobjektifan pilihan kalian, sehingga ketika ditanya orang tua, kalian bisa memberikan jawaban yang cerdas.

24 Juli 2008

untuk anda yang suka yang pasti-pasti aja!

Apa yang mau saya tulis ya? Pertanyaan retoris ini bukan karena saya tak punya ide, justru terlalu banyaknya thema-thema menarik untuk dituangkan membuat saya bingung mana yang harus didahulukan untuk dishare dengan anda.

tapi ini sajalah yang saya tuangkan:

29 Juni 2008

maaf...

Pada seorang kawan yang dah lama tak terhubung setelah diri ini berdua. Maafkan diriku... Kau tetap kawanku, selamanya...

08 Juni 2008

jawaban atas pertanyaan

Seorang kawan (nama yang tertulis sebagai catur) telah menuliskan komentar disini. Pada awalnya saya hanya ingin membalasnya lewat koment juga, namun saya rasa apa salahnya kalau dibalas dalam bentuk postingan agar orang lain pun dapat membacanya. Selain itu toh blog ini juga milik saya, hehehehe... Ini tulisan lengkapnya:

iya Gus... banyak orang yang menginkan kebaikan di luar sana. akan tetapi kadang mereka tidak kita hargai perjuangannya... ada seorang teman yg memulai bisnis dengan niat untuk memajukan ekonomi umat tapi 'dituduh' meninggalkan dakwah... ada teman yang mengkritik kebijakan, ia malah disebut sebagai anti-syuro... saya anggap mereka pejuang Gus, karena dari mereka mungkin akan ada perubahan. Ayo kita lihat sejarah lagi Gus.. kita lihat Mesir tahun 50-60 an, dimana Sayid Qutb hidup, ia memiliki sejarah panjang fase pemikiran.. dari pemikiran Barat.. Sosialis... dan akhirnya beliau percaya bahwa Islam adalah satu-satunya Ideologi yg pantas diperjuangkan.. Atau kebalikannya seorang Hasan Hanafi, yg mulanya Ia menjadi Anggota IM dan aktif di sana... pada akhirnya Ia malah memilih Jalan Islam Kiri... kita renungkan saja diri sendiri, saat kita di Solo menjadi mhsw mungkin idealisme sangat lekat, tapi siapa yang menjamin idealisme itu tetap ada ? Gus mari kita salih berbagi doa dan nasehat untuk memperkuat jalinan Ukhuwah menuju Visi yg diRidhai Allah SWT...

Inilah jawaban saya (atas nama pribadi dan bukan untuk mewakili lembaga atau siapapun):
saya sepakat jika kemajuan umat memang harus semakin banyak dilakukan, entah secara pribadi atau atas nama jama'ah. Bukankah kebangkitan umat terjadi karena makin banyaknya pioner-pioner kebajikan yang membangun pondasi kejayaan umat.

Akan tetapi, ingatlah...jika sebelumnya kita telah pernah aktif di dunia kampus, aktif dalam organisasi-organisasi dan kebaikan-kebaikan lainnya, maka jika itu hilang atau sekedar berubah dan tak mengalami pertambahan beban, entah disaat setelah lulus/bahkan justru sebelum lulus kuliah, berarti menunjukkan adanya stagnasi aktifitas. Bahasa kerennya:futur (hakikat futur adalah diam setelah bergerak).

Apapun kehendak dan cita-cita pribadi yang menginginkan kejayaan dan kebangkitan umat tak akan pernah berdaya maksimal jika berada dalam kesendirian berjuang. Karena yang dikhawatirkan oleh komunitas adalah pribadi atau individu itu justru terkapar karena tak sanggup menghadapi tantangan atau malah tergerus oleh kenikmatan duniawi. Ingatkah Catur tentang kisah Tsa'labah (kalau tidak salah) yang justru memiliki kualitas iman yang kokoh saat dia miskin dan berbanding terbalik ketika dia mulai mengecap kekayaan. Padahal sebelumnya (saat miskin) dia memintakan Rasulullah mendo'akan agar ia menjadi kaya sehingga akan mampu menambah kualitas keimanannya. Semuanya tak terjaminkan. Bukankah hati itu selalu berbolak-balik?

Satu contoh diatas yang catur kisahkan tentang seorang kawan yang memulai bisnis untuk membangun ekonomi umat dan mendapat kecurigaan komunitas, maka yang perlu dicermati adalah sejauhmana visi pembangunan umat yang dikehendakinya, apa dan bagaimana ia memasang target (jangka waktu dan hasilnya) penciptaan ekonomi umat yang dicita-citakan. Jika memang terukur itu bukan suatu masalah, akan tetapi sering kali saya lihat kawan-kawan jarang melakukan studi ilmiah ukuran-ukaran rasional suatu kerja. Yang ada hanya emosional semangat.

Sebutlah Abdurrahman bin Auf atau Abu Bakar, apakah mereka merasa cukup hanya berjuang dengan membangun ekonomi umat semata? tidak kan?! mereka adalah orang-orang yang justru di baris terdepan jika berada di medan jihad. Artinya totalitas dalam berjuang itu perlu (baca kembali arkan baiat). Dan saya sepakat jika kita harus menjadi kaya (terpengaruh tulisan Anis Matta, persepsi terhadap uang). Dengan uang kita memang bisa segalanya, bahkan berkuasa. Apalagi jika uang itu berada ditangan orang-orang baik, pastinya uang tersebut akan berbuah kebaikan-kebaikan. Dan bukan dengan meninggalkan pos kebaikan yang menjadi tanggungjawab kita saat ini.

Dan satu lagi, saya agak khawatir jika ada seseorang (yang bukan terkoordinasi dalam kerja/perintah komunitas) membangun bisnis dan mengatasnamakan untuk membangun ekonomi umat sebenarnya adalah bertujuan untuk membangun kemandirian pribadi yang di bungkus (agar terkesan tidak lari dari tanggungjawab amal kebajikan saat ini) untuk membangun kejayaan umat. Karena bukankah yang akan merasakan pertama kali kekayaan yang didapatnya adalah diriny, baru kemudian orang lain? Dan (bukan berarti tidak ada) berapa yang benar-benar memiliki tujuan tulus membangun ekonomi umat sebagaimana Abdurrahman bin Auf lakukan? Karena tentunya kualitas keimanan kita jauh dari yang ditunjukkan Abdurrahman bin Auf. Trus dengan cara apa kita akan menjaga komitmen-komitmen tujuan itu?
Wallahu a'lam...

03 Juni 2008

kembali(kan) semangat...

Hampir sebulan saya beredar dari Batam-Jakarta-Batam-Padang dan sekarang sudah kembali lagi di Batam. Meskipun demikian, ternyata banyak komplain yang terlontar dari orang-orang yang selama ini menjadi up-line saya. Kata mereka semestinya banyak agenda yang menjadi tanggungjawab saya di bulan Mei kemarin. Wuih, saya jadi merasa bersalah...

Saya tak berani melakukan pembelaan dihadapan mereka (up-line) terkait agenda yang saya lakukan selama hampir sebulan kemarin. Ada beberapa target yang sejak awal telah saya susun saat merencanakan perjalanan kemarin dan Alhamdulillah hampir 100% tercapai.

Terlepas dari apapun yang saya lakukan selama perjalanan tersebut dan bagaimana hasilnya (karena saya tak berkewajiban menyampaikan hasil kunjungan itu kepada anda, bukan?), saat ini saya merasa tertantang untuk menyelesaikan tantangan-tantangan yang telah datang menantang (semoga anda tidak bingung). Do'a anda saya harapkan sebagai bagian motivator tak terhingga. Iya, benar! sungguh! saya membutuhkan (minimal) do'a anda untuk membangun peradaban berkeadilan demi mewujudkan kesejahteraan, tentunya dengan pemimpin-pemimpin yang bersih moralnya, memiliki kepedulian dan pastinya profesional dalam mengelola negara. Inilah project yang saya dan kawan-kawan saya sedang kerjakan saat ini. Karena kami yakin harapan itu masih ada!

Selain itu, di beberapa blog kawan yang biasa saya kunjungi ternyata banyak info dan perkembangan, dan saya hampir menangis ketika membaca blog saudariku ini. Saya diingatkan untuk kembali bersemangat. Banyak aktivitas kebaikan yang seharusnya saya dan anda kerjakan. Hitunglah berapa banyak waktu kita yang terbuang percuma setiap hari, atau berapa prestasi kebaikan yang kita kerjakan seharinya? Syeikh Hassan Al-Banna (tokoh gerakan islam) pun mengingatkan pada kita bahwa kewajiban setiap muslim itu lebih banyak dari waktu yang dimilikinya. Terutama tentunya kewajiban untuk melakukan perbaikan ummat. Membangun Peradaban. Tulisan saudariku tersebut menjadi salah satu bara yang mengobarkan kembali semangat. Bahwa diluaran sana masih ada orang-orang baik yang menginginkan kebaikan di negeri ini. Bahwa semakin banyak kita mengajak orang-orang untuk menciptakan kebaikan, maka semakin dekatlah peradaban itu terbangun. Peradaban berketuhanan.

14 Mei 2008

Hai...(dengan status baru)

"Saya datang kembali..." itu teriakan saya yang semestinya anda dengar jika saja anda berada disebelah saya. Dalam beberapa pekan saya memang jarang update blog. Maklumlah, saya tengah disibukkan dengan dunia baru saya, rumah tangga.

Sebelumnya, perkenankan terlebih dahulu saya mengucapkan terima kasih kepada anda yang telah memberikan ucapan selamat dan do'a kepada kami (saya dan istri) baik yang datang langsung ke acara resepsi kami maupun yang melalui telepon, sms, dan koment di blog ini. Bagi anda yang kemarin memberikan ucapan selamat dan sudah menikah, maka saya pun berdo'a semoga anda mendapatkan keberkahan dalam rumah tangga. Sedang bagi anda yang telah mengirimkan do'a untuk kami tetapi berstatus lajang maka saya do'akan semoga Allah SWT segera mempertemukan anda dengan jodoh anda (catetan buat: Ajeng, Santi, Abiyasa, Rizyana, Marhaban, dan kawan blogger lainnya yang tak tersebutkan namanya). Dan saya pun bersyukur ternyata pernikahan kami memacu banyak kawan yang ingin mensegerakan diri mengakhiri masa ke-sendiri-annya. Bahkan tercatat ada beberapa kawan yang sudah meminta saya memfasilitasi untuk menta'arufkan diri atau sekedar bertanya tips-tips pernikahan (sepertinya cocok juga buka biro konsultasi pernikahan, hehehe....).

Selebihnya, saya masih bingung untuk membuat tulisan di blog ini karena banyaknya hal-hal baru yang saya dapatkan setelah menikah. Saking banyaknya, jadi bingung untuk memilih mana yang layak dipostingkan. Tapi paling tidak saya ingin menyampaikan kepada anda bahwa cinta dalam rumah tangga/keluarga tak akan lama bertahan tanpa dipenuhi kecintaan kita padaNya. Keberuntungan anda dalam menikah bukan ditentukan dengan kecantikan paras atau tumpukan harta namun lebih pada apa dan bagaimana visi rumah tangga yang akan anda bangun. Kemana arah laju kehidupan rumah tangga anda dilabuhkan.

Hanya ini tulisan yang bisa tertuangkan dalam blog. Saya pun sekarang harus kembali beraktivitas, sudah banyak tugas menumpuk.

18 April 2008

Menggapai Bintang



Semoga anda berkenan mendo'akan dan memberi restu pada kami.
Terima kasih.


Hormat kami,

Agus Purwanto, SH dan dr. Yusmalina Sari

03 April 2008

giliran siapa, dapat siapa

Ini hal yang lucu terjadi. Tiba-tiba saja saya jadi pengen mengurutkan kawan-kawan aktivis se fakultas saya yang telah menikah. dan yang saya temukan sungguh mencengangkan:

Di angkatan 1997, ada mas puji yang mantan presiden BEM FH UNS menikah dengan seorang dokter.
Di angkatan 1999, ada mas toyox's mantan ketua FOSMI-LDKnya FH UNS yang juga menikahi seorang dokter.
Di angkatan 2001, ada ikhlas yang mantan presiden BEM UNS juga akan menikahi (katanya sih sudah akad, tapi walimahannya 5 april esok) seorang dokter.

Kemudian kemarin saya telpon-telponan dengan mas yani (angkatan 2000, mantan ketua FOSMI FH UNS). Saya nanya padanya kapan akan menikah? setelah itu kami sama-sama terbahak ketika saya paparkan fakta diatas. Saya cerca dia dengan sejuta tanya, "dokter mana yang mau dipilih?" Dan kembali kami terbahak ketika saling mengingat bahwa kami juga belum menikah. Bagaimana tidak, dari semua alumni FH UNS yang ngaktivis dan mantan ketua di lembaga kampus (maksud saya BEM dan LDK) hanya tinggal saya (angkatan 2002, mantan presiden BEM FH), mas yani, mas adi sumarno (angkatan 1999, mantan presiden BEM UNS) dan mas duki (angkatan 1998, mantan ketua FOSMI FH UNS) yang belum menikah. Sedangkan Randi (angkatan 2001, mantan ketua FOSMI FH UNS) telah menyusul pasukan diatas, telah menikah.

Kemudian saya dan mas yani saling mengaminkan do'a "semoga kami juga dapat seorang dokter". Paling tidak kan untuk melengkapi daftar alumni dari tiap angkatan yang menikah dengan dokter. Hehehehe...

NB: Barakallahu laka buat ikhlas yang telah mempersunting dr. Amel. Semoga kelak menghasilkan jundi-jundi dakwah yang muntijah. Ini kado yang ku buat untuk kalian. Do'akan saya agar segera jua.

31 Maret 2008

selangkah telah terlalui

Satu fase telah saya lalui.... Fase yang mendebarkan bagi saya...yang ada hanya keringat dingin. Padahal hanya menghadapi tiga orang. Bahkan saya yang terbiasa jadi narasumber atau pembicara dalam forum-forum tak mampu menahan kelu dan gagap ketika mulut berujar, bahkan sekedar mengucap iya atau tidak.

Semoga fase berikutnya tak lebih menegangkan dari itu. Doakan saya!

21 Maret 2008

berhenti sejenak: episode menata hati

Pengunjung blog yang budiman.
Beberapa hari ini dan mungkin juga waktu-waktu ke depan, saya sedikit susah untuk online. Selain karena alasan tugas di dunia nyata yang mulai menumpuk (saya sedang menyusun KOPI MANIS - KOmunitas PInggiran MANdirI dan Sejahtera), saya juga tengah disibukkan untuk menata diri, hati, dan masa depan...

Imbas ini juga dirasakan oleh kawan-kawan saya yang rajin sms atau telepon. Saat ini saya agak sedikit cuek pada mereka. Tak banyak mengirim balas jika dirasa tak terlalu urgent. Bukan karena saya tak respect, tapi ijinkan saya untuk puasa komunikasi dengan anda barang satu atau dua waktu ini. Saya ingin hati ini tenang, tanpa gelisah.

Saya sangat berterimakasih jika anda dapat memahami karena ini sangat penting bagi saya saat ini. Maaf!

17 Maret 2008

sepotong rindu, segenggaman do'a untuk bapak...

Semalam saya memimpikan almarhum bapak. Kami terlibat pembicaraan yang tak pernah kami bicarakan. Begitu banyak motivasi yang ia tanamkan. Saat itu saya merasakan sungguh berartinya ia. Saya merindukannya. Saya merindukan perbincangan-perbincangan seperti waktu-waktu dulu yang sekarang tak kan pernah terulang kembali.

Tak tahulah kenapa tiba-tiba saya memimpikannya. Mungkin karena saya sedang merindukan saat-saat yang selalu saya nantikan. Saat dimana dia mengatakan, "tenang saja..." atau "gampang..., bisa diatur...". Kalimat yang diucapkannya dikala saya sedang dirundung masalah yang bagi saya teramat berat tuk dipecahkan. Dengan senyum atau ketawanya yang khas (kata orang cara senyum dan ketawa saya mirip dengan bapak) yang menggambarkan tak ada beban dan penuh optimisme dan kadang sambil dielusnya kepala saya, dia selalu mengulang kalimat-kalimat itu. Ada pula yang selalu saya ingat dan selalu saya contoh dari bapak adalah sosoknya yang tak pernah menyerah jika belum benar-benar kalah. Selalu dia katakan, "Semua ada jalannya, berpikirlah... jangan menyerah". Dan itulah yang sering saya tiru, sering saya lakukan.

Satu yang membuat saya merasa bersalah: saya tak didekatnya saat hembusan nafasnya yang terakhir. Saya tak sempat menatap wajahnya saat matanya menutup untuk selamanya. Bahkan saat itu saya berpikiran, "besok pagi saya akan menjenguknya", sedangkan ternyata tengah malam itu dia telah kembali ke Rahmatullah. Dan saya hanya bisa terpekur, menangis, tersayat hati waktu itu. Menyesal pada akhirnya.

Dan bagaimanapun, meskipun 10 tahun lebih kami tak banyak bersua, tak lagi se rumah. Semenjak kelas 6 SD. setelah mereka berpisah. Saya toh tetap mencintainya. Bahkan hingga maut menjemputnya. Bahkan hingga saat ini.

Ya, Robb. Apapun kesalahan yang telah ia lakukan semasa hidup, sebagai anak, hamba mengharap Engkau mengampuninya.

Ya, Robb. Jadikan hamba anak sholeh, hingga akhirnya bisa menjadi bekalan baginya menuju Jannah. Bukankah anak sholeh merupakan bekal yang tak terputus baginya?

Ya, Robb. Saat yang terindah adalah saat dimana mata hamba bisa menatap orang tua hamba dalam naungan rahmat di surgaMu.

Ya, Robb. Inilah do'a hamba. Kabulkanlah... amin...

09 Maret 2008

saranku padamu

"dia seperti malam" katamu.

Semua pasti butuh malam. Karena hadirnyalah yang mengingatkan kita untuk mengistirahatkan badan yang lelah dari segala rutinitas kerja. Pun tahu bahwa malam itu misterius... Karena tak ada yang menyana dalam gelapnya justru terasa nyaman.

Sabarlah kawan... Karena apa yang kau nanti dan kau rindui itu sebenarnya telah sedia dan disediakan bagimu...Jika bukan disini, maka kelak disana kau akan bersua...

Lelah kau menanti? pastinya... Maka kataku, "kau butuh Dia untuk mempertemukan".

08 Maret 2008

saya yakin pada kemampuan kalian

Semalam seorang kawan bertanya pada saya, "sebenarnya, apakah hanya kita yang sibuk memikirkan semua ini?", saya mengernyitkan dahi,mencerna pertanyaannya. "Apa sih tujuan dari semua ini?", saya makin bingung menjawabnya. Dua pertanyaan itu mengawali rentetan tanya berikutnya yang tak kalah serius untuk dijawab.

Saat ini saya menghadapi kawan-kawan baru yang kritis dan penuh semangat. Mereka anak-anak muda kampus yang dalam beberapa bulan ini menjadi partner diskusi saya. Sering saya harus mendadak mengikuti style ke-mahasiswa-an mereka. Apapun itu, saya sangat menikmatinya. Karena bagi saya, mereka inilah yang akan menjadi pejuang-pejuang untuk 10 atau 15 tahun ke depan. Mereka inilah pemimpin pengganti pemimpin. Saat pemimpin-pemimpin saat ini mulai menua dan rabun matanya atau bahkan ada diantaranya yang tinggal nama untuk dikenang. Merekalah yang kelak akan tampil di depan.

Jika sebagian orang meragukan mereka menjadi pemimpin masa depan, tapi itu tidak berlaku bagi saya. Saya sangat yakin, dan selalu yakin, bahwa faktor kemampuan pribadi hanyalah faktor kecil yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan seseorang menjadi pemimpin. Karena ketika ia hendak menjadi pemimpin maka ia harus punya barisan yang dipimpin. Tak ada kualitas kepemimpinan yang akan kuat mengakar jika hanya dilandasi atas figur, ego atau kharisma pribadi seseorang. Lihatlah Hasan Al-Banna, bahkan ketika peluru mensyahidkan dirinya tak jua organisasi yang dipimpinnya menjadi hancur, justru sekarang makin berkembang dan terus berkembang.

Maka minimal ada dua yang melandasi keberhasilan kepemimpinan: Ada kesatuan dan kebersihan tujuan dan ada keikhlasan dalam beramal jama'i (bekerja sama).

Dan itulah jawaban yang kemudian terlontar dari bibir saya untuk menjawab tanya mereka. Kesatuan dan kebersihan tujuan serta keikhlasan beramal jama'i.

Dan itulah yang membuat saya yakin terhadap mereka. Meskipun saat ini belum nampak prestasi yang mereka cipta, tapi saya yakin suatu saat itu akan terbukti.

NB: Disana, seorang kawan saya yang disibukkan dengan pekerjaannya masih menyempatkan menyapa pagi dengan lantang...tiap hari. (terimakasih...)

07 Maret 2008

mereka bilang: lelah

Sejak awal, di pertemuan pertama, di ruang dimana radio itu berada. Saya telah menanyakan pada kalian jika tak siap silakan meninggalkan ruangan itu dan tak perlu bertandang untuk pertemuan-pertemuan berikutnya.

Perjalanan ini panjang dan melelahkan. bahkan Sayyid Quthb telah mengingatkan, "Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuat orang gemetar, maka ia tidak akan bisa melaksanakan secara kontinyu kecuali atas pertolongan Allah. ia tidak akan bisa memikul dakwah kecuali atas pertolonganNya. dan tidak akan bisa teguh diatasnya kecuali dengan keikhlasan pada-Nya...".

Mungkin ini karena kesalahan saya yang telah memaksakan langkah pada kalian. tak semestinya pemberdayaan sebelum pemahaman. tak semestinya pengorbanan sebelum keikhlasan. Saya yang salah. Saya yang patut kalian salahkan. Maka maafkan saya...

Saya tahu kalian lelah, saya pun sama...

05 Maret 2008

tentang masa lalu

Masa lalu itu hadir malam ini
Merengek, menangis...
Rapuh..

Aku tahu tentangnya
Bagaimana ia
Apa ia

Dan capek rasaku berenang menyelami masa lalu itu
Karena kerap iba yang hadir
Aku tak ingin terlarut

02 Maret 2008

menanti

saat ini yang tersisa jejak tak terbaca
lamat waktu bergulir membentuk sejarah
hanya gurat pertanda kau dan aku semakin tua
kita semakin berbau tanah

dan sayang,
ini yang aku sisakan bagimu
segumpal hati dan keyakinan
segenggam cinta dan kasih sayang

dan sayang,
peradaban itu semakin nyata
maka segeralah kau hadir
temani perjalananku

28 Februari 2008

pinta maaf pada pengunjung blog saya

Maafkan jika beberapa waktu ini saya tak menuliskan hal-hal baru dalam blog ini. Ini lebih disebabkan adanya perubahan tugas yang saya terima. Saya tak lagi di gedung dewan (meskipun masih sering bersinggungan dengan tugas-tugas ke-dewan-an). Sekarang tugas saya lebih banyak di luar. Akan banyak bersinggungan dengan komunitas pinggiran (kami menyebutnya KOPI MANIS=Komunitas Pinggiran Mandiri dan Sejahtera). Karena ini merupakan tugas baru, maka saya harus banyak meluangkan waktu di dunia nyata (lawan dari dunia maya, internet). Selain melakukan konsolidasi, jelasnya saya harus menyusun program-program sosial kemasyarakatan.

Selain itu, ternyata banyak perkembangan dalam blog saya, mulai dari tantangan berpuisi dari kawan di pulau Kalimantan, nada rindu dari kawan kental saya (methamorphoria) di Solo, serta beberapa kawan yang biasa berkunjung ke blog ini memprotes melalui telepon. Saya benar-benar minta maaf karena tidak bisa segera merespon semuanya dengan segera.

Sejak awal, dunia maya bukanlah kehidupan saya, bahkan ada anggapan apa yang saya lakukan di dunia maya merupakan ujud melemahnya semangat saya. Karena kehidupan hari-hari saya adalah ”bertebaran di muka bumi”. Sehingga bagi sebagian kawan, saya dianggap telah membuang waktu secara percuma.

Sejak awal saya mendedikasikan blog ini buat kawan-kawan saya yang berada di Solo. Blog yang sengaja saya desain sebagai sarana kangen-kangenan dan pengingat bagi diri sendiri. Toh nyatanya tak dapat dipungkiri justru melalui blog ini saya mendapatkan banyak hal baru. Terutama, baru saja saya di tolong membuatkan logo buat lembaga baru saya (dan kayaknya orangnya bersedia untuk jadi web masternya). Begitu pula dengan kawan lama saya (abiyasa), selama ini dia kurang begitu terbuka dalam menuangkan rasa dan permasalahannya, tapi melalui blog ini ternyata saya dapat menemukan gelisah yang menaung bertahun-tahun di benaknya.

Saya akan mencoba merutinkan tulisan dalam blog saya kembali. Mungkin butuh waktu untuk menata ritme waktu saya. Tapi saya akan tetap mengupayakan selalu ada hal baru di blog ini.

11 Februari 2008

dua kawan saya menikah

Dua kawan saya dah mau nikah bulan ini...mereka dua kawan yang pernah menjadi partner saat saya masih di solo. Ukhti Zulaikha yang sekarang di wonogiri dan ukhti Hasanurrahmi yang sudah berada di NTT pada februari ini akan melepas masa lajangnya. Pastinya yang meminang mereka merupakan laki-laki yang luar biasa. Karena dua kawan saya itu dulunya partner yang sangat luar biasa. Mobilitas tinggi dengan pengorbanan tak terbantahkan.

Tulisan ini saya buat sebagai kenangan bagi mereka sekaligus kado dari saya bagi pernikahan mereka.

Bagaimanapun mereka merupakan kawan dan partner yang luar biasa.

Ohya, do'akanlah saya, ukhti Dini maupun ukhti Ratna segera bisa menyusul kalian. Mendapatkan pasangan-pasangan yang sama luar biasanya...

05 Februari 2008

ada kalanya kita jenuh

Adakalanya kita butuh berhenti sesaat. Melepas penat dari rutinitas keseharian kita. Saya yakin ada saat-saat prestasi kita tak lebih baik dari biasanya bahkan cenderung makin menurun. Kita mengalami kebuntuan ide atau sempitnya hati. Dan yang terbersit tentunya adalah keinginan untuk liburan. Istirahat.

Istirahat atau liburan itu tak harus bepergian ke atas bukit atau menyelam di dasar laut. Cukup bukalah Qur'an, baca lembar demi lembar, renungi artinya. Jika tidak, cobalah untuk tutup semua hal yang berkaitan dengan aktivitas harian kita dan alihkan pada hal lain yang memiliki manfaat positif. Atau jika anda telah berkeluarga, maka alihkan semua penat itu dengan bercengkerama dan bercanda dengan keluarga.

Misalnya anda seorang pengusaha dan jutawan. Jika penat menyergap, cepat-cepatlah anda temui seorang miskin disekitar anda. Ajaklah ia makan dirumah anda, layanilah sebagaimana anda biasa dilayani pembantu-pembantu anda. Muliakan ia laksana raja. Dan terakhir, mintalah nasehat-nasehat darinya, cobalah anda paksa ia menceritakan kemiskinannya, hal-hal yang menyayat hati anda, sesuatu yang tak pernah anda alami. Jika sudah menetes airmata anda, maka itulah saat yang tepat bagi anda untuk mulai merenungkan kenikmatan-kenikmatan yang Allah SWT berikan pada anda. Saat seperti itu sangat tepat untuk memulai langkah baru. Langkah yang pastinya lebih positif.

Tak ada liburan yang lebih menyegarkan kecuali mengembalikan orientasi tujuan hidup kita. Untuk apa dan siapa kita hidup. Saya pernah merasakan itu. Ketika kejenuhan itu hadir, segera saya tuangkan dalam majelis iman. Disanalah ruang saling nasehat-menasehati. Saya diingatkan kembali oleh kawan-kawan saya mengenai makna perjalanan di dunia yang sebentar dan pasti mati. Cukup itu. Dan keesokan hari semangat itu tumbuh lagi.

04 Februari 2008

tabiat jalan ini: jalan panjang

Karena jalan yang sedang kita jalani sangatlah panjang melebihi batasan umur manusia, maka jangan pernah berharap kita akan menyaksikan kemenangan itu. Cukuplah tanamkan pada gejolak hatimu bahwa saya, anda, dan semua yang meyakini kebaikan di jalan ini, bukanlah siapa-siapa. Ibarat bangunan, kita hanyalah potongan bata atau sekedar bagian pondasi yang melengkapi bangunan yang sedang kokoh dirancang.

Sekedar produktifkan diri anda jika memang anda yakin. Bukan untuk saya, anda atau untuk sesiapa apa yang sedang anda kerjakan. Cetaklah generasi yang memiliki kelebihan-kelebihan yang lebih dibanding kita. jangan pernah berhenti

29 Januari 2008

yang tersisa dari kematian Soeharto

Dia telah berpulang ke rahmatullah, tak ada yang lebih adil dibanding pengadilanNya, jadi jangan khawatir...

Jika kemarin media sangat menyanjung dan mengagungkannya, perlu kita cermati bahwa memang ada banyak keberhasilan yang telah diciptanya selama memimpin..pembangunan yang pesat adalah buktinya, tapi lihatlah kawan...pelaksana dari proyek pembangunan yang dibuatnya merupakan anak, keluarga, dan kroni-kroninya...jadi, penikmat dari proyek itu yang terbesar adalah mereka (Bolo Soeharto)...

Selain itu, jika semasa berkuasa disebutkan harga-harga barang murah, itu bukan karena kemampuan daya beli masyarakat indonesia, rakyat Indonesia tetap miskin. Ini lebih karena banyaknya subsidi-subsidi yang dibuat dari hasil utang luar negeri, artinya, sekaranglah saatnya kita yang harus membayar biaya subsidi itu, kita sendiri yang menanggung untuk membayar utang yang digunakan untuk subsidi itu. Lagipula utang-utang itu juga banyak dikorupsi.

Jika memang selama dua hari ini saya eneg lihat Tivi, itu karena hampir sebagian besar media merupakan milik keluarga dan kroni Soeharto, jadi wajar kalau yang diberitakan merupakan hal-hal yang baik untuk menggiring opini piblik bahwa Soeharto orang baik. Tapi terlepas dari itu, saya berhusnudzon, bukankah disunnahkan jika ada orang meninggal maka ucapkanlah kebaikan-kebaikannya, karena itu do'a baginya...

Dan kini yang tersisa hanya kasus perdatanya semata, dan semoga bisa terselesaikan. Bila ada yang mempermasalahkan kasus pidananya, saya jawab: secara hukum Soeharto tidak bisa diadili karena telah mati. Tapi jangan khawatir, Soeharto telah diadili oleh Sang Maha Adil. Saat ini hanya ada kata: kembalikan uang rakyat yang diambilnya, adili kroni-kroninya...

wallahu a'lam bishowab.

akhirnya:
"saya sebagai bagian dari bangsa indonesia mengucapken turut berduka cita atas meninggalnya HM Soeharto. semoga diampuni segala dosanya, keluarga yang ditinggalken senantiasa sabar, tabah dan ikhlas untuk mengembaliken uang rakyat."

22 Januari 2008

kuliah yang terbengkalai...

Saya menempuh kuliah S1 hanya selama 4 tahun. Saya yakin ini tak spesial bagi mahasiswa secara umum, tapi bagi komunitas saya saat itu kelulusan saya seakan menyakitkan perasaan kawan-kawan saya. Dari keseluruhan presiden BEM fakultas yang seangkatan dengan saya, kelulusan saya merupakan kelulusan yang tercepat diantara kami. Pastinya hal ini menimbulkan beban psikologi bagi mereka, saya tahu itu.. Tapi kelulusan saya juga diluar asumsi awal yang saya reka. rencana awal saya memperkirakan baru akan lulus di semester 10, setelah saya make-up nilai-nilai yang saya anggap nggak layak tayang di ijazah. tapi apa mau dikata, ketika bapak saya meninggal, beliau berpesan agar saya menyelesaikan studi dengan segera. Dan hasilnya saya memang lulus lebih cepat dari yang saya duga. Sehingga saya tak merasakan getirnya perasaan kawan-kawan saya yang belum selesai studinya. Ditambah lagi amanah yang mereka emban juga tak ringan.

Apa yang mereka alami itu sekarang saya alami. Akhirnya saya pun memahami bagaimana tertekannya ketika melihat kawan yang lain lulus dan kita masih berkutat dengan tugas-tugas organisasi yang mungkin tak dipahami tujuannya oleh sebagian orang. Saya mengalami itu saat ini. S2 saya yang tinggal selangkah lagi, tinggal mengerjakan tesis, tersendat karena kondisi saya yang serba kacau saat ini. Saya mengalami tekanan dengan pertanyaan-pertanyaan "gmana tesisnya?", "kapan lulus S2 nya?", "kok nggak dikerjakan tesisnya?" atau pertanyaan lain yang sejenis.

Saya jadi ingat Kang Bisma dan Nafi'. Mereka kawan saya. Senior yang sekaligus kawan bercanda tiap harinya. Mereka dulu satu kost dengan saya. Saat ini mereka tengah berjuang untuk meluluskan diri dari studi S1 nya. Studi yang telah mereka jalani selama lebih dari tujuh tahun. Ini adalah semester terakhir, kalau tak selesai (mungkin) Drop Out adalah jawabnya. Mungkin sebagian dari orang akan menyalahkan mereka karena ketidakseriusan menyelesaikan studi. Bahkan pasti ada yang mencibir dan pula mencaci. Tapi saya tidak.

Bagi saya (karena karakter kami hampir sama), mereka adalah orang yang luar biasa. Kelemahan mereka cuma satu: Tak bisa mengatakan tidak terhadap tugas yang diterimanya. Itu saja.. itulah kelemahan mereka. Saya hanya berharap kawan-kawan disana memberikan motivasi pada mereka, menemani bahkan bila perlu memaksa mereka untuk serius mengerjakan skripsinya dan meninggalkan sejenak amanah-amanahnya. Ini pernah diterapkan pada kang Thamrin Kurniawan (Takur) dan Mas Musmu'alim. Dan akhirnya memang beliau bisa sukses wisuda.

19 Januari 2008

mau kalian apa sih?

Saat ini otak saya sedang buntu. Tugas membuat artikel yang diberikan oleh kawan saya belum terselesaikan (padahal cuma 6 lembar, dan tanggal 20 januari batas penyerahannya). Ini lebih dikarenakan kemarin saya sakit dan fokus untuk menyembuhkan diri. Bagaimana dengan sekarang? Nah, sekarang saya justru lagi agak ngambek. Bagaimana tidak, saat ini saya dijadikan terdakwa atas apa yang bukan secara pribadi saya putuskan. Saya hanya menjalankan hasil keputusan bersama, tapi yang terjadi pada akhirnya bahwa keputusan-keputusan itu dianggap tidak mewakili representasi tim dan apa yang tengah saya kerjakan dianggap telah melampaui batas wewenang yang saya terima. Membingungkan. Makanya tiap kali saya hendak memulai menulis otak ini tak kunjung merespon. Otak ini dipenuhi rasa marah dan kecewa, pun bingung. Melangkah salah, diam lebih salah. dan akhirnya saya membuang semua gelisah itu dengan meng-online-kan diri di dunia maya sepanjang hari.

Online pun dianggap bermasalah. Saya dianggap telah menyia-nyiakan waktu hanya untuk chatting dan browsing. Menghabiskan waktu untuk hal-hal yang jauh dari kesibukan saya selama ini. Memang saya akui, tak biasanya saya mengunci diri di kamar hampir sepanjang hari dan hanya ditemani laptop dan nyala televisi. Hampir dalam beberapa hari ini saya tak banyak membangun komunikasi, bahkan dengan sang guru. Saya memang sedang mendiamkan karena melangkah dianggap salah meskipun diam lebih lagi (salah)...

Tak bisa saya sangkal pastinya langkah ini akan menuai kritik, tapi biarlah... saya justru ingin tahu apa memang mereka merasakan kehadiran saya. Seperti saat saya sakit. Kala itu banyak orang yang kemudian mempertanyakana ketidakadaan saya dan bertanya bagaimana bisa sakit. "Kemane aje lu...? baru gini ente inget sodare..." batin saya pada mereka.

Sudahlah...saya tetap menjalankan tugas saya, koq... tentunya dengan cara yang berbeda...

17 Januari 2008

saya telah maafkan, koq....

SAYA SECARA PRIBADI SEBAGAI SEORANG MUSLIM TELAH SECARA IKHLAS MEMAAFKAN SOEHARTO (MANTAN PRESIDEN INDONESIA) YANG SAAT INI SEDANG MENANTI AJAL. SEMOGA INI MAMPU MEMUDAHKAN PROSES SAKARATUL MAUTNYA.

NAMUN BUKAN BERARTI SAYA MERELAKAN PROSES HUKUMNYA DIHENTIKAN. ITU BEDA DAN HARUS DIBEDAKAN. HUKUM HARUS TETAP DITEGAKKAN. KEMBALIKAN UANG RAKYAT UNTUK RAKYAT.

14 Januari 2008

kampus selalu potensial

Tulisan ini sebagai prasasti atas dedikasi kawan-kawan yang pernah bersama dalam tim yang kemarin (sabtu, 12 Januari 2008) telah dibubarkan. Tim yang berjibaku tak kenal lelah dengan motto: selalu ada potensi terpendam di tiap kampus. Tim yang dibentuk dengan berbagai polemik melingkupinya. Tim yang awalnya dipandang sebelah mata. Tim yang berisi orang-orang yang bukan the best tapi berprestasi the best. Tim yang disanalah saya sangat merasakan ukhuwah lebih dari yang saya rasakan sebelumnya dalam tim-tim lain yang saya pernah berada di dalamnya. Tim yang menghadirkan pengorbanan dan kepedulian. Tim yang tak ragu untuk menangis dan sakit bersama. Tim yang diawalnya tak banyak menuai pujian, malah menuai keraguan orang-orang. Dan sekarang tim ini telah berhasil mengokohkan potensi-potensi mahasiswa dari kampus yang dianggap tak berpotensi. Kami menyebutnya tim kampus potensial.

Wajar jika perpisahan tim ini diwarnai haru-biru, termasuk pula saya (saat menulis ini perasaan saya bercampur aduk, menguras emosi, saya meneteskan air mata). Betul-betul sangat terasa. Diawal kami bekerja tanpa banyak mendapat sokongan dan dukungan sebagaimana yang di dapat oleh tim sejenis yang lebih dulu lahir dan telah mencipta jutaan prestasi. Kami bekerja tanpa panduan. Berdasar temuan-temuan dilapangan kami susun strategi. Di isi oleh orang yang dianggap nomor dua di kampus kami. Satu demi satu rintangan kami hadapi. Salah satu yang berkesan adalah kami harus berangkat dari satu kampus ke kampus lain hampir tiap hari. Pekerjaan kami hanya menghimpun tiap potensi mahasiswa di kampus-kampus itu. Berat dan melelahkan.

Semula tim ini bukanlah prioritas, bahkan ada nada minor karena kampus-kampus itu bukan kampus ideal. Meskipun memang ada kampus yang dinilai berpotensi. Semula pula tim ini diharapkan hanya berkonsentrasi pada 1 atau 2 kampus saja yang dirasa mahasiswanya penuh semangat dan siap melejitkan potensi mereka. Dan kami dalam tim ini meyakini satu hal: selama ada mahasiswa di sana maka ada potensi yang bisa dikelola, kampus bagi kami selalu potensial.

Akhirnya hanya kesyukuran pada Allah SWT kami mampu bertahan dan kemudian memberikan hasil. salah satu yang tercipta adalah lahirnya buku panduan pengembangan keislaman yang disusun saat saya berangkat ke Batam (sedih rasanya saya tidak ikut dalam proses pencetakkannya). Lebih dari itu, tim ini telah menggoreskan kenangan di setiap benak personil di dalamnya, termasuk saya. Bahkan tim inilah yang mengantarkan saya untuk membangun hal serupa di Batam. Sungguh, tim ini memberikan kenangan manis bagi kami.

"Salam hangat bagi kalian yang telah meninggalkan tim ini, semoga amal perjuangan kalian dicatat oleh Allah SWT sebagai bagian dari jihad kita padaNya. Semoga kalian tetap bersemangat, produktif dan istiqomah di medan juang berikutnya." yang mencintai kalian karena Allah SWT, saudaramu, Agus Purwanto.

12 Januari 2008

Kawan (Chatting) baru saya

"Makan, makan :D"

Itu isi pesan singkat yang dikirim kawan yang baru saya kenal beberapa waktu ini melalui dunia per-blogger-an yang kemudian berlanjut di dunia per-chatting-an. Aneh rasanya dan sungguh saya berterima kasih kepada kawan saya yang satu ini. Bahkan saya sempat tersenyum begitu membaca SMS itu padahal saat itu saya sedang bersitegang dalam perdebatan dengan beberapa orang. Hati saya yang semula memanas karena perdebatan yang panjang dan tak kunjung usai menjadi terdinginkan.

Kawan saya ini hanya saya ketahui dari fotoduamatanya saja. Mata yang saya sebut mata tajam (mirip mata kawan saya yang sudah meninggal). Saya intens ber-chatting ria dengannya karena ada sisi yang sangat saya kagumi darinya. Saya salut terhadap komitmen perubahan yang sedang dilakukannya. Perubahan menuju kebaikan.

Runtutan SMS pengingatan yang dia kirim bagi saya merupakan penghormatan yang belum pernah saya terima dari orang yang belum pernah bertemu secara langsung dengan saya. Padahal dia bisa saja mencurigai saya. Saya bisa saja seorang jahat yang sedang mengarahkannya menjadi korban dari kejahatan yang sedang saya rencanakan.

Maka diawal tahun baru 1429 H saya mendo'akan semoga apa yang dicita-citakannya dapat dicapai. 11 agenda yang sedang direncanakannya bisa terealisasi dan memberikan manfaat bukan hanya untuk dirinya namun juga bagi orang-orang disekitarnya. Dan semoga dia mampu menjadi seorang yang lebih baik agamanya.

03 Januari 2008

EGO PEMIMPIN (Belajarlah Dari 2 Umar)

Jika engkau seorang pemimpin yang beranggapan bahwa kepemimpinanmu adalah menjaga luasnya kekuasaan, maka tunggulah kehancuran yang telah dekat waktunya. Sedangkan jika engkau menganggap tugasmu sebagai pemimpin adalah besarnya tanggung jawab dan keteladanan, maka niscaya kemenangan akan segera kau gapai.

Lihatlah Umar bin Khottob, ia merelakan dirinya memanggul sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang ibu, rakyatnya, yang telah mencaci-maki dan meragukan kepemimpinannya. Ia bahkan menolak tawaran ajudannya untuk menggantikan memanggul karung gandum itu tatkala si ajudan menawarkan diri karena merasa sungguh tak pantas jika seorang pemimpin mengerjakan hal yang sebenarnya mampu dilakukan oleh bawahannya. Umar justru balik menantang si ajudan beranikah menggantikannya memanggul tanggungjawabnya jika kelak diadili di akhirat.

Lihatlah pula Umar Bin Abdul Azis, ia pernah berencana berehat sejenak dari aktivitasnya memimpin rakyat karena letih menerima aduan seharian justru tak jadi berehat tatkala anaknya menegur dengan mengingatkan atas sedikitnya waktu yang dimilikinya dan besarnya tanggung jawab sebagai pemimpin. Diingatkannya pula tentang keyakinan apakah di saat selesai istirahat dirinya masih diberi nafas untuk hidup sehingga mampu melanjutkan tanggung jawabnya. Dan Umar pun melanjutkan menerima aduan-aduan rakyatnya.

Betapa kedua Umar telah mencontohkan bagaimana kritik adalah sebuah pertanda bahwa rakyat masih menyayanginya. Bahwa masih ada harapan baginya untuk berbuat yang terbaik. Kedua Umar justru menjadikan kritik sebagai sarana tadzkiroh (pengingatan) bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab teramat besar bebannya.

Kedua Umar pun menunjukkan bahwa keteladanan merupakan faktor utama keberhasilan sebagai pemimpin.

Maka jika benar engkau seorang pemimpin (baik itu pemimpin organisasi kampus, pemimpin partai politik , maupun pemimpin negara) dimana sekarang posisimu? Sudahkah kau contoh kedua Umar?

02 Januari 2008

tulisan di awal tahun

Apa yang saya inginkan di tahun 2008 ini? Entahlah...saat ini saya tak lagi punya banyak waktu memikirkan apa keinginan saya. Semuanya sekarang seakan mengalir saja. Padahal sesungguhnya saya bukan orang yang suka mengikuti arus...saya paling benci tidak bergerak dan tak membuat gerakan.

Saya hanya ingin saat ini banjir dan longsor di Solo (dan sekitarnya) cepat usai...Saya belum tahu kabar sahabat karib saya, Amir, yang kemarin rumahnya tenggelam oleh banjir hingga hanya menyisakan atapnya. Seandainya saya ada di Solo, saya ingin benar-benar menemaninya (Ketahuilah kawan, saya sangat mencintaimu karena Allah SWT. Terimakasih atas supportnya selama ini pada saya disaat saya sedang down).
Saya juga belum tahu kabar Rois, Depe, Narsis, dan kawan-kawan saya yang tinggal di Solo dan sekitarnya, bagaimana kondisi kalian disana? banjir atau longsorkah? berilah kabar pada saya...

Dan terakhir..saya hanya ingin melihat senyum manis bangsa ini. Tapi kapan ya?

Mungkin ini saja yang bisa saya goreskan untuk memulai tahun 2008. Mari kita sama-sama berjuang menggapai cita dan impian yang telah kita tanam. Pupuk dan siramlah harapan-harapan itu...