02 Maret 2008

menanti

saat ini yang tersisa jejak tak terbaca
lamat waktu bergulir membentuk sejarah
hanya gurat pertanda kau dan aku semakin tua
kita semakin berbau tanah

dan sayang,
ini yang aku sisakan bagimu
segumpal hati dan keyakinan
segenggam cinta dan kasih sayang

dan sayang,
peradaban itu semakin nyata
maka segeralah kau hadir
temani perjalananku

6 komentar:

Anonim mengatakan...

puisi yang hebat.

segerakan dong. supaya gak gitu berat itu pikulan dipundakmu.

Anonim mengatakan...

pak agus, puisinya menyiratkan benar si pembuat karya itu sedang menanti. Agaknya itulah ungkapan hakiki hatinya. Semoga segera dipertemukanlah dengan yang dinanti. ohya, pak wawako...kenal ? pejabat batam yg dekat dg rakyat ? salam sukses untuk kopi manisnya ya...

Anonim mengatakan...

Pak...sampeyan yang kepingin nikah kok saya yang dipaksa...:(

*ambil ember - ngikut saran santi - lantas ngacirrr*

~AbiyasaFathim~ mengatakan...

Ya segera aja akh..Gak usah nunggu ane ato rekomendasi dari ane..he.he

*nyanyi lagunya: Epicentrum-Menjemput Bidadari..

Anonim mengatakan...

hehehe... Sikap khusyuk berdoa... Ya Allah berikan kepada saudaraku ini yang slama ini di nanti2, yang terbaik baginya, dan ia pun terbaik bagi seseorang itu... Amiin...

Anonim mengatakan...

Aslm.
Salam JIHAD!!!

Walah... judulnya kok 'menanti' to Pak??
Seorang mujahid itu harusnya 'menjemput', bukannya menanti...

Klo g djemput, ntar kburu dijemput org lho...

Slamat berjuang...
Ana tunggu undangannya, siapa tau pas nt walimah, ana bisa jalan2 ke Batam :p

Atau jgn2 ana yg duluan ngundang ;p

Ok, keep HAMASAH!!!
Wassalam