03 Januari 2008

EGO PEMIMPIN (Belajarlah Dari 2 Umar)

Jika engkau seorang pemimpin yang beranggapan bahwa kepemimpinanmu adalah menjaga luasnya kekuasaan, maka tunggulah kehancuran yang telah dekat waktunya. Sedangkan jika engkau menganggap tugasmu sebagai pemimpin adalah besarnya tanggung jawab dan keteladanan, maka niscaya kemenangan akan segera kau gapai.

Lihatlah Umar bin Khottob, ia merelakan dirinya memanggul sekarung gandum untuk diberikan kepada seorang ibu, rakyatnya, yang telah mencaci-maki dan meragukan kepemimpinannya. Ia bahkan menolak tawaran ajudannya untuk menggantikan memanggul karung gandum itu tatkala si ajudan menawarkan diri karena merasa sungguh tak pantas jika seorang pemimpin mengerjakan hal yang sebenarnya mampu dilakukan oleh bawahannya. Umar justru balik menantang si ajudan beranikah menggantikannya memanggul tanggungjawabnya jika kelak diadili di akhirat.

Lihatlah pula Umar Bin Abdul Azis, ia pernah berencana berehat sejenak dari aktivitasnya memimpin rakyat karena letih menerima aduan seharian justru tak jadi berehat tatkala anaknya menegur dengan mengingatkan atas sedikitnya waktu yang dimilikinya dan besarnya tanggung jawab sebagai pemimpin. Diingatkannya pula tentang keyakinan apakah di saat selesai istirahat dirinya masih diberi nafas untuk hidup sehingga mampu melanjutkan tanggung jawabnya. Dan Umar pun melanjutkan menerima aduan-aduan rakyatnya.

Betapa kedua Umar telah mencontohkan bagaimana kritik adalah sebuah pertanda bahwa rakyat masih menyayanginya. Bahwa masih ada harapan baginya untuk berbuat yang terbaik. Kedua Umar justru menjadikan kritik sebagai sarana tadzkiroh (pengingatan) bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab teramat besar bebannya.

Kedua Umar pun menunjukkan bahwa keteladanan merupakan faktor utama keberhasilan sebagai pemimpin.

Maka jika benar engkau seorang pemimpin (baik itu pemimpin organisasi kampus, pemimpin partai politik , maupun pemimpin negara) dimana sekarang posisimu? Sudahkah kau contoh kedua Umar?

Tidak ada komentar: