05 Desember 2008

Edisi: kemarahan karena sapi

Beberapa hari lalu, dalam suatu perjalanan, di pagi hari. Tiba-tiba mertua mencak-mencak, bukan pada saya, dia marah karena ada sebuah hypermarket di batam yang menjual sapi hidup untuk qurban. "Enak betul, kalau semua supermarket bebas menjual apa saja, bisa-bisa pedagang kecil gulung tikar. Nggak bisa dibiarin..." ujarnya dengan berapi-api. Sedetik setelah itu diraihnya HP dari kantong saku depannya. Sambil tetap nyetir, dia telepon seseorang yang saya kira sepertinya seorang pejabat pemerintah. "Bapak harus tegur tuh supermarketnya, kalau seperti ini pedagang kecil akan usaha apa lagi, bisa mati tuh... Buatlah aturan yang tegas, jangan macem gitulah mereka tuh, maen seenaknya saja. Kasihan kan pedagang kecil" Nadanya sedikit marah.

Disiang harinya, kekesalannya terhadap hypermarket itu ternyata masih ada. Di depan Wakil Presiden yang saat itu hadir dalam pertemuan dengan pengusaha di Batam, dia lontarkan semua. Padahal saat itu semua pengusaha yang hadir sedang berbicara mengenai peluang bisnis mereka. Dia justru menanyakan komitmen pemerintah terhadap pembangunan ekonomi bagi UKM. Salah seorang pengusaha real estate yang berada disamping saya membisikkan ke telinga saya, "Pak Andi Bolla ini dimanapun selalu ngomongin UKM, nggak capek-capeknya dia...", saya hanya mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda respon apa yang dibisikkan.

Mungkin banyak juga orang yang mengeluhkan betapa menjamurnya mall dan supermarket sedikit banyak telah menggusur pasar tradisional dan usaha-usaha kecil lainnya. Dulu saat saya masih di kampus, seorang kawan bernama Sukmono Adi, ketua KAMMI DAERAH SOLO saat itu, bahkan mencanangkan gerakan stop pembangunan Mall di Solo dan gerakan itu kemudian banyak direspon masyarakat bahkan akhirnya PEMKOT SOLO (di bawah Joko Widodo) berjanji tidak akan mengeluarkan ijin pendirian Mall. Ini karena sebenarnya kehadiran Mall atau supermarket tidak menambah kesejahteraan masyarakat kecil. Karena pusaran pendapatan hanya akan berputar pada para pemodal-pemodal besar saja. Bahkan teramat jarang industri kecil atau rumahan bisa masuk Mall atau supermarket.

Jika nantinya semua usaha yang biasa dilakukan masyarakat kecil diambil alih Mall atau supermarket, maka dengan apa masyarakat kecil akan mencari makan?

Tidak ada komentar: