14 Agustus 2008

Pemiluwan ato Pemiluwati?

Istri saya akhir-akhir ini sangat sensitif perasaannya. Beberapa kali saya harus berjuang amat keras membujuknya jika dia cemberut. Kadang dia tiba-tiba saja berurai airmata tanpa alasan yang jelas, ato kadang masalah yang biasanya sepele sekarang menjadi sangat luar biasa besarnya. Seperti akhir-akhir ini, saat saya lagi disibukkan dengan tugas-tugas yang membuat saya harus pulang larut tiap malam, eh...dia malah meminta saya untuk antar jemput. Lha, padahal dia praktek di dua klinik. Jam 8 pagi nganter ke klinik A, saya lanjut ke kantor, trus jam 2 siang jemput dan antar pulang, saya balik lagi ke kantor, trus sore jam 5 jemput dia di rumah dan antar ke klinik B, saya balik lagi ke kantor, dan jam 9 malam jemput pulang. Wuih...sayanya nih yang kerepotan. Jarak kantor dengan rumah itu rata-rata 15-20 menit (dengan kecepatan 80-100km/jam). Akhirnya ini berlangsung kurang dari seminggu. Saya menyerah, bukan karena saya tak sayang padanya, saya mencoba mengefisienkan waktu yang saya miliki. Karena selama saya antar jemput, ada beberapa agenda yang sempat tidak efektif dan sempurna.

Tapi ngambeknya masih berlanjut. Sensitifnya tetep tinggi. Dan saya pun mencoba memahami, memang benar kalau orang yang sedang hamil akan mengalami perubahan emosional yang drastis. Istri saya memang sudah sebulan ini hamil. Dan siklus kehidupan rumah tangga kami pun berubah. Semakin cerah dengan binar-binar syukur pada Allah SWT dalam masa penantian 9 bulan.

Ada satu pertanyaan yang ingin saya ajukan pada anda para pengunjung blog ini, tentunya jika anda punya teman atau kenalan seorang dokter, apakah memang jika ada dokter yang hamil itu se heboh istri saya? berhari-hari ini dia lahap buku kedokteraan (yang dulunya bersemayam manis dalam lemari) yang mengupas perihal kehamilan. Dibelinya beberapa suplemen, susu penguat kandungan, perbanyak makan buah dan sayur. Pokoknya heboh abiz, padahal sepertinya dulu emak (ibu) saya tidak seperti itu.

Namun, saya catat satu hal yang ini memang tak ada kaitannya dengan status ke-dokter-an istri saya. Dia (istri saya) tetap saja seorang perempuan, seorang istri. Yang tentunya bagi seorang istri, mengandung merupakan anugerah yang dinanti. Anak adalah investasi masa depan yang kelak dapat mengantarkan orang tua menuju surga. Makanya saya jadi paham mengapa dia sangat menjaga calon bayi kami. Jadi sangat aneh di masa-masa sekarang, betapa banyak ibu yang tak menghendaki kelahiran anaknya. Dibuang, digugurkan, atau sengaja ditelantarkan.

Kalau istri saya disibukkan menjaga calon bayi kami, saya mulai juga dibingungkan dengan nama yang kelak kami berikan. Apa perlu kami memberi nama Pemiluwan atau Pemiluwati? karena perkiraan kami, anak kami, jika lancar, akan lahir setelah heboh pesta demokrasi April 2009 mendatang. Anda punya usul nama?

7 komentar:

Anonim mengatakan...

wah pasti gak selesai bacanya buku "female brain"-nya ... hm.hm..

Dijaga akhi istrinya ... jangan ditinggalin terus ke kantor ... malah chatingan aja .. wekekekeke..

Berkatalah dengannya baik dan lembut (sambil nyanyi "Kaca yang berdebu")..hehe..

usulan namanya:
klo berhubungan dengan no. delapan ya "okta" ato pas pemilu "panilih" ato ada singkatannya PKS
contoh: Panilih Khoirina Syiar
hehehe...

salam dakwah

Anonim mengatakan...

Wuih...ternyata seorang lelaki harus banyak belajar banyak, minimal bukan hanya tentang buku yang serius dan berat atau urusan kerjaan yang melelahkan, tapi juga tentang sisi lain seseorang yang mungkin terkesan remeh bagi kita. Mungkinkah itu disebut sisi melankolis yang tak biasa bagi kita?

Jzqlh pengalamannya.

Indarto mengatakan...

Well, what must I say. itulah jalinan kluarga. Venus-Mars memang tercipta berbeda, kecuali dalam cinta

Anonim mengatakan...

wah, lucu juga ceritanya. pemiluan atau pemiluwati kayaknya oke juga

Anonim mengatakan...

Weleh-weleh lama tak berjumpa tiba-tiba antum sudah mengahamili anak orang aja, he..he..he..

Barokallah, moga jadi anak yang soleh/solehah

Anonim mengatakan...

Hmmmm... suka dukanya pacaran pasca nikah... Yah memang begitulah tahun2 pertama menikah. Masa2 pencarian karakter yang pas untuk pasangan. Sampe2 istri ane pernah cerita, suatu kali ditanya murobbiyahnya "sejak menikah, sudah berapa kali anti meneteskan air mata?" Yah diambil baiknya saja. Oh ya, klo mau sharing yang sama2 punya istri dokter, liat aja akh Alam atau Pak daryono. Persamaan dari keduanya adalah beliau2 ini adalah KEPANDUAN. Jadi ente memang musti BERSIAP SIAGALAH bila punya istri dokter. hehehe...

Anonim mengatakan...

wah pak, namanya juga syndrome anak pertama. ibu saya juga pas hamil kakak saya bawaannya ribet banget. usul nama:

apa aja, asal jangan panjang2, kasian nanti klo pas SPMB ato UAN mbulet2in di Lembar Jawaban Komputer jadi lama

Trus klo bisa, alfabet awalnya jangan 'A' nanti klo disuruh maju jadi duluan terus (soalnya biasanya dari absen 'A'). Tapi gak papa c, tandanya klo nama depannya diawali huruf 'A' dia selalu menjadi terdepan dan jadi seorang pemimpin

Saya tau ini tidak membantu. Tapi, tang saya lagi iseng pengen ngetik.