31 Maret 2008

selangkah telah terlalui

Satu fase telah saya lalui.... Fase yang mendebarkan bagi saya...yang ada hanya keringat dingin. Padahal hanya menghadapi tiga orang. Bahkan saya yang terbiasa jadi narasumber atau pembicara dalam forum-forum tak mampu menahan kelu dan gagap ketika mulut berujar, bahkan sekedar mengucap iya atau tidak.

Semoga fase berikutnya tak lebih menegangkan dari itu. Doakan saya!

21 Maret 2008

berhenti sejenak: episode menata hati

Pengunjung blog yang budiman.
Beberapa hari ini dan mungkin juga waktu-waktu ke depan, saya sedikit susah untuk online. Selain karena alasan tugas di dunia nyata yang mulai menumpuk (saya sedang menyusun KOPI MANIS - KOmunitas PInggiran MANdirI dan Sejahtera), saya juga tengah disibukkan untuk menata diri, hati, dan masa depan...

Imbas ini juga dirasakan oleh kawan-kawan saya yang rajin sms atau telepon. Saat ini saya agak sedikit cuek pada mereka. Tak banyak mengirim balas jika dirasa tak terlalu urgent. Bukan karena saya tak respect, tapi ijinkan saya untuk puasa komunikasi dengan anda barang satu atau dua waktu ini. Saya ingin hati ini tenang, tanpa gelisah.

Saya sangat berterimakasih jika anda dapat memahami karena ini sangat penting bagi saya saat ini. Maaf!

17 Maret 2008

sepotong rindu, segenggaman do'a untuk bapak...

Semalam saya memimpikan almarhum bapak. Kami terlibat pembicaraan yang tak pernah kami bicarakan. Begitu banyak motivasi yang ia tanamkan. Saat itu saya merasakan sungguh berartinya ia. Saya merindukannya. Saya merindukan perbincangan-perbincangan seperti waktu-waktu dulu yang sekarang tak kan pernah terulang kembali.

Tak tahulah kenapa tiba-tiba saya memimpikannya. Mungkin karena saya sedang merindukan saat-saat yang selalu saya nantikan. Saat dimana dia mengatakan, "tenang saja..." atau "gampang..., bisa diatur...". Kalimat yang diucapkannya dikala saya sedang dirundung masalah yang bagi saya teramat berat tuk dipecahkan. Dengan senyum atau ketawanya yang khas (kata orang cara senyum dan ketawa saya mirip dengan bapak) yang menggambarkan tak ada beban dan penuh optimisme dan kadang sambil dielusnya kepala saya, dia selalu mengulang kalimat-kalimat itu. Ada pula yang selalu saya ingat dan selalu saya contoh dari bapak adalah sosoknya yang tak pernah menyerah jika belum benar-benar kalah. Selalu dia katakan, "Semua ada jalannya, berpikirlah... jangan menyerah". Dan itulah yang sering saya tiru, sering saya lakukan.

Satu yang membuat saya merasa bersalah: saya tak didekatnya saat hembusan nafasnya yang terakhir. Saya tak sempat menatap wajahnya saat matanya menutup untuk selamanya. Bahkan saat itu saya berpikiran, "besok pagi saya akan menjenguknya", sedangkan ternyata tengah malam itu dia telah kembali ke Rahmatullah. Dan saya hanya bisa terpekur, menangis, tersayat hati waktu itu. Menyesal pada akhirnya.

Dan bagaimanapun, meskipun 10 tahun lebih kami tak banyak bersua, tak lagi se rumah. Semenjak kelas 6 SD. setelah mereka berpisah. Saya toh tetap mencintainya. Bahkan hingga maut menjemputnya. Bahkan hingga saat ini.

Ya, Robb. Apapun kesalahan yang telah ia lakukan semasa hidup, sebagai anak, hamba mengharap Engkau mengampuninya.

Ya, Robb. Jadikan hamba anak sholeh, hingga akhirnya bisa menjadi bekalan baginya menuju Jannah. Bukankah anak sholeh merupakan bekal yang tak terputus baginya?

Ya, Robb. Saat yang terindah adalah saat dimana mata hamba bisa menatap orang tua hamba dalam naungan rahmat di surgaMu.

Ya, Robb. Inilah do'a hamba. Kabulkanlah... amin...

09 Maret 2008

saranku padamu

"dia seperti malam" katamu.

Semua pasti butuh malam. Karena hadirnyalah yang mengingatkan kita untuk mengistirahatkan badan yang lelah dari segala rutinitas kerja. Pun tahu bahwa malam itu misterius... Karena tak ada yang menyana dalam gelapnya justru terasa nyaman.

Sabarlah kawan... Karena apa yang kau nanti dan kau rindui itu sebenarnya telah sedia dan disediakan bagimu...Jika bukan disini, maka kelak disana kau akan bersua...

Lelah kau menanti? pastinya... Maka kataku, "kau butuh Dia untuk mempertemukan".

08 Maret 2008

saya yakin pada kemampuan kalian

Semalam seorang kawan bertanya pada saya, "sebenarnya, apakah hanya kita yang sibuk memikirkan semua ini?", saya mengernyitkan dahi,mencerna pertanyaannya. "Apa sih tujuan dari semua ini?", saya makin bingung menjawabnya. Dua pertanyaan itu mengawali rentetan tanya berikutnya yang tak kalah serius untuk dijawab.

Saat ini saya menghadapi kawan-kawan baru yang kritis dan penuh semangat. Mereka anak-anak muda kampus yang dalam beberapa bulan ini menjadi partner diskusi saya. Sering saya harus mendadak mengikuti style ke-mahasiswa-an mereka. Apapun itu, saya sangat menikmatinya. Karena bagi saya, mereka inilah yang akan menjadi pejuang-pejuang untuk 10 atau 15 tahun ke depan. Mereka inilah pemimpin pengganti pemimpin. Saat pemimpin-pemimpin saat ini mulai menua dan rabun matanya atau bahkan ada diantaranya yang tinggal nama untuk dikenang. Merekalah yang kelak akan tampil di depan.

Jika sebagian orang meragukan mereka menjadi pemimpin masa depan, tapi itu tidak berlaku bagi saya. Saya sangat yakin, dan selalu yakin, bahwa faktor kemampuan pribadi hanyalah faktor kecil yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan seseorang menjadi pemimpin. Karena ketika ia hendak menjadi pemimpin maka ia harus punya barisan yang dipimpin. Tak ada kualitas kepemimpinan yang akan kuat mengakar jika hanya dilandasi atas figur, ego atau kharisma pribadi seseorang. Lihatlah Hasan Al-Banna, bahkan ketika peluru mensyahidkan dirinya tak jua organisasi yang dipimpinnya menjadi hancur, justru sekarang makin berkembang dan terus berkembang.

Maka minimal ada dua yang melandasi keberhasilan kepemimpinan: Ada kesatuan dan kebersihan tujuan dan ada keikhlasan dalam beramal jama'i (bekerja sama).

Dan itulah jawaban yang kemudian terlontar dari bibir saya untuk menjawab tanya mereka. Kesatuan dan kebersihan tujuan serta keikhlasan beramal jama'i.

Dan itulah yang membuat saya yakin terhadap mereka. Meskipun saat ini belum nampak prestasi yang mereka cipta, tapi saya yakin suatu saat itu akan terbukti.

NB: Disana, seorang kawan saya yang disibukkan dengan pekerjaannya masih menyempatkan menyapa pagi dengan lantang...tiap hari. (terimakasih...)

07 Maret 2008

mereka bilang: lelah

Sejak awal, di pertemuan pertama, di ruang dimana radio itu berada. Saya telah menanyakan pada kalian jika tak siap silakan meninggalkan ruangan itu dan tak perlu bertandang untuk pertemuan-pertemuan berikutnya.

Perjalanan ini panjang dan melelahkan. bahkan Sayyid Quthb telah mengingatkan, "Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuat orang gemetar, maka ia tidak akan bisa melaksanakan secara kontinyu kecuali atas pertolongan Allah. ia tidak akan bisa memikul dakwah kecuali atas pertolonganNya. dan tidak akan bisa teguh diatasnya kecuali dengan keikhlasan pada-Nya...".

Mungkin ini karena kesalahan saya yang telah memaksakan langkah pada kalian. tak semestinya pemberdayaan sebelum pemahaman. tak semestinya pengorbanan sebelum keikhlasan. Saya yang salah. Saya yang patut kalian salahkan. Maka maafkan saya...

Saya tahu kalian lelah, saya pun sama...

05 Maret 2008

tentang masa lalu

Masa lalu itu hadir malam ini
Merengek, menangis...
Rapuh..

Aku tahu tentangnya
Bagaimana ia
Apa ia

Dan capek rasaku berenang menyelami masa lalu itu
Karena kerap iba yang hadir
Aku tak ingin terlarut

02 Maret 2008

menanti

saat ini yang tersisa jejak tak terbaca
lamat waktu bergulir membentuk sejarah
hanya gurat pertanda kau dan aku semakin tua
kita semakin berbau tanah

dan sayang,
ini yang aku sisakan bagimu
segumpal hati dan keyakinan
segenggam cinta dan kasih sayang

dan sayang,
peradaban itu semakin nyata
maka segeralah kau hadir
temani perjalananku