31 Oktober 2007

Semangat yang membara itu ternyata masih ada..

TA'LIMAT

BIDANG KADERISASI KAMMI PUSAT
NO: 002/TLM/KDR/ KAMMI/X/2007

TENTANG

PENGGUNAAN IT KADER KAMMI



Perkembangan Teknologi Informasi di era global pada dasarnya dinilai cukup positif karena bermanfaat dapat membantu memudahkan penyebaran Dakwah Islamiyah (nasyrul fikrah), membangun opini publik yang positif (positive image building), dan memperluas jaringan (network). Di samping itu, Teknologi Informasi juga dapat menjadi media hiburan yang bermanfaat. Namun demikian hal yang tak terhindarkan adalah pengaruh pada perubahan life style para aktivis dakwah. Lebih jauh dari itu, dampak teknologi informasi ini juga dapat merusak moral penggunanya.

Aktivis Dakwah merupakan salah satu pilar kebangkitan dakwah yang menjadi qudwah bagi ummatnya. Demikian pula kader KAMMI, merupakan generasi muda dakwah yang diharapkan menjadi elemen penting dalam proses akselerasi kemenangan Islam. Ketertundaan wujud nyata kemenangan Islam berkorelasi kuat dengan kontribusi dan style harian masing-masing individu aktivis pergerakannya. Atas dasar hal itu semua, Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat menta'limatkan kepada seluruh kader KAMMI untuk menta'ati hal-hal berikut ini:

1. Membatasi penyaksian siaran-siaran televisi hanya pada hal-hal yang dianggap positif dan dapat dipertanggungjawabk an secara individual sebagai aktivis pergerakan dan melarang pemilikan TV di kamar secara individual.
2. Membatasi penggunaan HP terutama dalam hal Ring-tone dan I-ring/NSP hanya pada nada-nada yang Islami. Dan membatasi penggunaan SMS dan photo/rekaman dalam hal-hal yang hanya dapat dipertanggungjawabk an diri kader di hadapan Allah semata.
3. Membatasi penggunaan internet dan fasilitas chatting pada hal-hal yang positif, bermoral, dan dapat dipertanggungjawabk an.
4. Membatasi content rekaman MP3 pada hal-hal yang Islami dan membangun moralitas spirit perjuangan Islam dan Indonesia.


Ta'limat ini tidak terkait dengan hukum syar'iyah halal dan haram atas pemanfaatan IT, namun lebih pada pilihan karakter gerakan. Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat berlepas diri dari berbagai dampak negatif yang terjadi. Segala pertanggungjawaban bersifat personal kader terhadap dirinya dan Allah SWT. Diharapkan dari ta'limat ini kader memiliki kesadaran selektif atas penggunaan harian Teknologi Informasi. Sebuah perubahan besar hanya akan menjadi angan-angan jika tidak diawali dari perubahan diri individunya.


Jakarta, 29 Oktober 2007
Bidang Kaderisasi KAMMI Pusat

ttd

Rijalul Imam
Ketua


NB: Harap Ta'limat ini diedarkan kepada seluruh kader KAMMI.

26 Oktober 2007

SMS dari Solo

Baru saja saya menerima SMS dari mantan staf yang sekarang masih aktif berjuang mengelola organisasi kampus di Solo. SMS yang ternyata memang saat ini sedang saya butuhkan. Begini bunyi smsnya(setelah saya edit, karena banyak yang disingkat): "Tak ada kekuatan yang lebih kokoh melebihi semangat. Tak ada landasan yang lebih kekal melebihi keyakinan pada ALLAH. Tak ada keyakinan yang lebih baik melebihi niat suci hanya untuk Allah".

SMS ini datang disaat pikiran saya sedang sedikit terganggu oleh beberapa hal yang terjadi pada hari ini.

Ya, Allah...
Semoga apa yang saya dan semua orang yang berjuang dijalanMu lakukan, benar-benar Kau Ridhoi

Dan akhirnya pun saya tersadar: "barangsiapa yang menolong agamaNya, maka Allah akan menolongnya, mencukupi kehidupannya, dunia-akhirat".

NB: Untuk teman yang mengirimkan SMS diatas, terimakasih atas pengingatannya. Maafkan saya yang meninggalkan kalian disaat yang tidak tepat dan tanpa memberikan apapun pada kalian. Saya berdo'a semoga Allah SWT melekatkan "tekad" (AZZAM) itu pada hati kalian.

Sahabat


Perkenalkan, ini salah satu sahabat karib saya. Namanya Guntar, pendiam dan sabar.

Saat ini yang bisa saya deskripsikan cuma;
Guntar seorang pendiam dan sabar....

Sehingga saya malu, dan hanya disinilah saya berani, untuk mengungkapkan padanya bahwa saya sangat salut dengan dedikasinya dalam kerja. Meski dia sebenarnya mampu mencari pekerjaan yang lain, tapi dia tetap memilih untuk bekerja (lebih tepatnya, mengabdi) di kantor ini. Katanya, "ya, itung-itung nambah pahala. Ini bagian dari jihad saya"

25 Oktober 2007

Nasib Generasi Dari Pulau


Mereka ini anak-anak kecil yang tumbuh di pulau-pulau disekitar Batam. Ini hanya sebagian kecil yang saya ketahui, masih banyak pulau yang belum saya kunjungi. Anak-anak ini biasanya hanya akan sekolah sampai tingkat SMP, jarang yang tamatan SMA apalagi S1.

Problem kemiskinan telah membuat mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Disamping itu, minimnya perhatian pemerintah juga penyebab generasi-genersi pulau ini tak pernah pintar. Bagaimana kelak mereka akan menggantikan peran-peran generasi saat ini? Bagaimana kelak mereka akan memimpin bangsanya?

Salahkanlah diri kita karena membiarkan mereka dalam kebodohan dan kemiskinan... Kitalah yang salah...

Semoga Allah SWT menyadarkan kita semua...

Produktiflah Dimana Saja Kau Berada


Senantiasa berkaryalah yang terbaik dan jangan berkeluh kesah apalagi menyerah. Saya temukan kenapa orang selalu jenuh dengan rutinitas yang dijalaninya lebih dikarenakan mereka memandang bahwa dalam rutinitas itu tak lagi ada hal baru yang bisa diciptakan, sering juga karena tidak ada sensitifitas terhadap keadaan.

Inilah yang membedakan aktivis dan bukan aktivis. Aktivis adalah orang-orang yang melihat bahwa hidup yang dijalaninya bukan semata untuk dirinya, ada orang-orang disekitarnya yang juga layak menikmati hidup. Sedangkan mereka yang tidak pernah jadi aktivis menilai tujuan-tujuan hidupnya hanya untuk mencapai cita-cita atau keinginan-keinginan pribadinya semata.

Sehingga ukuran produktifitas dapat diukur dari cara pandang tujuan hidup. Aktivis biasanya memiliki tingkat produktifitas yang lebih daripada bukan aktivis. Mereka yang biasa berorganisasi dikampus memiliki daya tahan mengahadapi masalah lebih kuat dan lebih kreatif dan cepat dalam solusi-solusi terhadap masalah yang dihadapinya dibanding mereka yang study oriented.

24 Oktober 2007

Beginilah Orang Pulau Menyambut Kami


17 September lalu saya mengikuti perjalanan reses anggota DPRD Kota Batam ke pulau Jaloh. Sebuah pulau yang berjarak satu jam perjalanan jika ditempuh menggunakan pompong (perahu kecil bermotor).

Disana, kehidupan khas melayu yang saya temukan. Sambutan yang hangat dan penuh penghormatan. Akan tetapi, di pulau tersebut sangat minim sarana penunjang kehidupan. bayangkan saja, pulau yang dihuni oleh sekitar 30an KK (sebagian hidup didaratan dan yang lain membuat rumah diatas laut yang terhubung dengan daratan)harus menghabiskan 13 juta/bulan hanya untuk bahan bakar penerangan karena mereka menggunakan generator bukan listrik PLN, tidak ada puskesmas, fasilitas sekolah minim, dan mereka hanya hidup sebagai nelayan tradisional. Satu yang membuat hati bahagia, mereka teguh dalam agama.

Selama ini yang terbayang tentang pulau Batam adalah kota industri yang kaya dan menjanjikan hidup, realitanya memang iya, memang menjanjikan bagi sebagian kecil orang, tapi masih banyak wilayah di Kota Batam yang justru mengalami kesenjangan. Mereka miskin, dan merekalah penduduk asli Batam, orang-orang pulau.

Di Jaloh yang hanya berjarak sekian menit dari Singapura dan Malaysia, saya rasa masyarakatnya lebih nasionalis daripada para politisi nasinal kita yang mengaku nasionalis. Tiap hari siaran radio atau televisi yang mereka tangkap justru berasal dari negara tetangga, maka wajar jika mereka lebih kenal Abdullah Badawi (PM Malaysia) daripada SBY-JK. Bahkan mungkin lebih cinta dan mengidolakan Siti Nurhaliza daripada Siti KDI. Tapi mereka bangga menjadi bagian dari Indonesia bukan Malaysia atau Singapura (dengan bagga mereka menunjukkan KTP Indonesia pada saya), meskipun hingga sekarang mereka tetap miskin dan terasing, bukan saja terasing secara geografis tapi juga dari perhatian pemerintah.

21 Oktober 2007

Salam Dari Batam

Bismillah..

Ini merupakan awal saya berjumpa dengan anda...

Saat ini telah lebih dari dua bulan saya berada di Batam dengan sejuta dinamika politik, sosial dan budaya yang melingkupinya... sungguh diluar duga saya, kalau saya harus tinggal di Batam untuk waktu yang tidak bisa ditentukan, belum bisa diperkirakan..

Diawal, saya pindah dari Solo ke Batam hanya sekedar mengejar status dosen yang memang telah lama menjadi cita-cita saya. Untuk waktu 6 bulan dan kemudian kembali lagi ke Jawa, ke Solo. Akan tetapi untuk sementara mimpi itu (jadi dosen) harus terkubur kembali. Apa mau dikata... ternyata dinamika soial-politik Batam mengantarkan saya pada status baru, status yang saat ini saya sandang.

Bismillah... semoga dapat saya lalui dengan baik...

NB: Batam memang penuh kenangan, sampai-sampai harus diprasastikan dalam sebuah judul nasyid oleh Suara Persaudaraan : BATAM DALAM KENANGAN